lombokprime.com – Setiap orang tua tentu menyayangi anaknya, itu tak perlu diragukan. Namun, ada kalimat yang tak pernah diucapkan orang tua secara gamblang, tapi jauh di lubuk hati, setiap anak merindukannya. Ini bukan tentang kata-kata manis atau pujian berlebihan, melainkan validasi mendalam yang mampu membentuk fondasi kepercayaan diri dan rasa aman seorang anak. Mari kita selami lebih dalam mengapa kalimat tak terucap ini begitu krusial, dan bagaimana kita sebagai orang tua bisa mulai mengucapkannya, bahkan tanpa sadar.
Ketika Validasi Menjadi Bahasa Kasih yang Tersembunyi
Kita semua tahu bahwa cinta orang tua itu universal. Dari sejak kita lahir, mereka adalah pelindung pertama, guru pertama, dan mungkin yang paling penting, cermin pertama kita. Kita melihat diri kita melalui mata mereka. Namun, di tengah kesibukan mengasuh, mendidik, dan melindungi, kadang ada celah kecil yang tanpa sadar terlupakan: validasi. Validasi di sini bukan sekadar persetujuan, melainkan pengakuan tulus atas keberadaan, perasaan, dan usaha seorang anak.
Seringkali, orang tua berfokus pada hasil: nilai bagus, kamar rapi, atau perilaku terpuji. Semua itu memang penting. Tapi, di balik setiap pencapaian atau bahkan kegagalan, ada proses yang dilalui seorang anak, ada perasaan yang berkecamuk. Kalimat tak terucap yang dirindukan anak seringkali adalah cerminan dari keinginan mereka untuk dilihat dan diterima seutuhnya, bukan hanya berdasarkan apa yang mereka lakukan, tetapi juga siapa mereka.
“Aku Melihatmu, Aku Mendengarmu, Perasaanmu Penting”
Inilah inti dari kalimat tak terucap itu. Bayangkan seorang anak yang baru saja mencoba hal baru dan gagal. Respon umum mungkin “Tidak apa-apa, coba lagi,” atau “Makanya, lain kali hati-hati.” Tapi bagaimana jika ada kalimat yang lebih dalam, seperti, “Aku tahu kamu kecewa, dan itu wajar. Kamu sudah berusaha keras, dan aku bangga dengan usahamu itu”? Kalimat kedua ini tidak hanya memberikan semangat, tapi juga mengakui dan memvalidasi perasaan kecewa anak.
Ketika anak merasa dilihat dan didengar, mereka belajar bahwa perasaan mereka valid, bahwa mereka memiliki ruang untuk berekspresi tanpa takut dihakimi. Ini adalah fondasi penting untuk kesehatan mental dan emosional mereka. Anak yang merasa divalidasi akan tumbuh menjadi individu yang lebih percaya diri, lebih mampu menghadapi tantangan, dan lebih terbuka dalam berkomunikasi.
Mengapa Sulit Mengucapkan Kata-Kata Ini?
Mungkin ada yang bertanya, “Kenapa sih orang tua sulit banget ngomongin hal kayak gitu?” Ada beberapa alasan yang mungkin mendasarinya:
Pola Asuh Turun-Temurun
Banyak orang tua mengadopsi pola asuh yang mereka terima dari generasi sebelumnya. Jika mereka sendiri tidak pernah mendengar kalimat validasi ini, wajar jika mereka kesulitan mengucapkannya kepada anak-anaknya. Ini bukan karena mereka tidak peduli, melainkan karena mereka belum pernah belajar bahasa kasih ini.
Fokus pada Disiplin dan Koreksi
Lingkungan modern sering menuntut anak untuk “berhasil” dan “sempurna.” Akibatnya, orang tua seringkali lebih fokus pada disiplin, koreksi, dan perbaikan. Niatnya baik, tentu saja, agar anak tumbuh menjadi pribadi yang baik dan sukses. Namun, fokus yang berlebihan pada koreksi bisa membuat anak merasa selalu kurang dan tidak cukup.
Keterbatasan Emosi dan Komunikasi
Tidak semua orang tua dibekali kemampuan komunikasi emosional yang baik. Mungkin mereka sendiri merasa sulit mengungkapkan perasaannya, sehingga juga sulit memvalidasi perasaan orang lain, termasuk anak-anak mereka. Stres, kelelahan, dan tekanan hidup juga bisa mempengaruhi kapasitas emosional orang tua.






