3, Turunkan Nada Bicara dan Bicara dengan Tenang
Ketika berbicara dengan anak, usahakan untuk selalu menggunakan nada bicara yang tenang dan lembut, meskipun Anda sedang membahas hal yang serius. Nada bicara yang tenang akan membantu anak merasa lebih aman dan mau mendengarkan apa yang Anda katakan. Cobalah untuk berlutut atau membungkuk agar sejajar dengan tinggi badan anak saat berbicara, ini akan menciptakan kesan yang lebih dekat dan tidak mengintimidasi.
4. Fokus pada Perilaku, Bukan Pribadi Anak
Ketika menegur anak, fokuslah pada perilaku spesifik yang salah, bukan pada kepribadiannya. Hindari penggunaan kata-kata yang merendahkan atau menyalahkan seperti “Kamu selalu saja…” atau “Kamu memang anak nakal…”. Sebaliknya, gunakan kalimat yang lebih spesifik dan konstruktif, contohnya: “Ibu tidak suka kamu memukul adik. Memukul itu tidak baik.”
5. Gunakan Kalimat “Aku” (I-Statements)
Menggunakan kalimat “aku” dapat membantu Anda menyampaikan perasaan dan kebutuhan Anda tanpa menyalahkan atau menuduh anak. Contohnya, alih-alih mengatakan “Kamu membuat Ibu marah!”, cobalah untuk mengatakan “Ibu merasa kesal ketika kamu tidak membereskan mainan setelah selesai bermain.” Kalimat “aku” akan membuat anak lebih mudah memahami perspektif Anda dan merasa lebih bertanggung jawab atas tindakannya.
6. Dengarkan dengan Empati
Komunikasi yang efektif bukan hanya tentang berbicara, tetapi juga tentang mendengarkan. Berikan anak kesempatan untuk menjelaskan apa yang terjadi dari sudut pandangnya. Dengarkan dengan penuh perhatian dan tunjukkan empati terhadap perasaannya, meskipun Anda tidak setuju dengan tindakannya. Dengan merasa didengarkan dan dipahami, anak akan lebih terbuka untuk menerima nasihat dan arahan dari Anda.
7. Berikan Pujian dan Penguatan Positif
Salah satu cara terbaik untuk mendorong perilaku positif pada anak adalah dengan memberikan pujian dan penguatan positif ketika mereka melakukan hal yang benar. Berikan pujian yang spesifik dan tulus, contohnya: “Wah, kakak hebat sekali sudah membantu Ibu membereskan meja makan!” Penguatan positif akan membuat anak merasa dihargai dan termotivasi untuk mengulangi perilaku tersebut.
8. Tetapkan Batasan yang Jelas dan Konsisten
Anak-anak membutuhkan batasan yang jelas dan konsisten untuk merasa aman dan terarah. Jelaskan aturan dan konsekuensi dari setiap aturan dengan bahasa yang mudah dipahami anak. Pastikan Anda dan pasangan memiliki pemahaman yang sama tentang aturan-aturan ini dan konsisten dalam penerapannya. Konsistensi akan membantu anak memahami apa yang diharapkan dari mereka dan mengurangi kemungkinan terjadinya perilaku yang tidak diinginkan.
9. Ajarkan Anak Cara Mengelola Emosi
Sebagai orang tua, kita juga perlu mengajarkan anak cara mengenali dan mengelola emosi mereka sendiri. Bantu mereka mengidentifikasi perasaan yang mereka rasakan dan berikan strategi yang sehat untuk mengekspresikannya, seperti berbicara tentang perasaan mereka, menggambar, atau melakukan aktivitas fisik. Ketika anak merasa emosinya diakui dan dibantu untuk dikelola, mereka akan lebih kecil kemungkinannya untuk melampiaskannya dengan cara yang negatif.
10. Jaga Diri Sendiri (Self-Care)
Mengasuh anak adalah pekerjaan yang menantang dan terkadang melelahkan. Penting bagi Anda untuk menjaga kesehatan fisik dan mental Anda sendiri. Pastikan Anda memiliki waktu yang cukup untuk beristirahat, berolahraga, melakukan hobi, atau sekadar bersantai. Ketika Anda merasa lebih segar dan bahagia, Anda akan lebih mampu merespons anak dengan sabar dan positif.






