Bukan Egois, Ini 5 Cara Sehat Keluar dari Perilaku People Pleaser

Bukan Egois, Ini 5 Cara Sehat Keluar dari Perilaku People Pleaser
Bukan Egois, Ini 5 Cara Sehat Keluar dari Perilaku People Pleaser (www.freepik.com)

Menjadi orang yang baik itu penting, tetapi terlalu ingin disukai semua orang justru bisa membuatmu kehilangan diri sendiri. Banyak orang tidak sadar bahwa di balik sikap ramah, suka membantu, dan selalu siap menuruti permintaan orang lain, tersembunyi satu pola yang diam-diam menguras energi: perilaku people pleaser.
Kebiasaan ini sering muncul dari keinginan tulus untuk menjaga hubungan baik, namun perlahan bisa menjadi jebakan yang membuat hati lelah. Kamu terus berusaha memenuhi harapan orang lain sampai lupa menanyakan pada diri sendiri: “Aku sebenarnya mau ini nggak, sih?”

Padahal, hidup yang seimbang bukan soal disukai semua orang, melainkan tentang menghargai diri sendiri tanpa harus kehilangan empati. Yuk, kenali tanda-tanda kalau kamu sudah mulai terjebak dalam perilaku people pleaser dan pelajari cara mengatasinya dengan sehat.

Apa Itu People Pleaser?

People pleaser adalah istilah untuk seseorang yang cenderung menomorsatukan kebutuhan dan keinginan orang lain di atas dirinya sendiri demi mendapatkan penerimaan, validasi, atau rasa aman.
Mereka sering kali sulit berkata tidak, takut mengecewakan, dan merasa bersalah jika tidak bisa membantu. Di permukaan, perilaku ini terlihat positif karena orang yang seperti ini biasanya dikenal baik, bisa diandalkan, dan penuh perhatian. Namun, dalam jangka panjang, hal ini bisa menjadi beban emosional yang berat.

Orang dengan pola people pleasing biasanya tumbuh dari pengalaman masa lalu di mana penerimaan orang lain terasa penting untuk mendapatkan kasih sayang atau rasa aman. Akibatnya, mereka belajar untuk selalu “menyenangkan” agar tidak ditolak. Jika terus berlanjut, perilaku ini dapat memicu stres, kelelahan emosional, hingga menurunkan harga diri.

1. Sulit Mengatakan “Tidak”

Jika kamu sering merasa bersalah setiap kali menolak permintaan orang lain, ini bisa menjadi tanda pertama perilaku people pleaser. Kamu mungkin takut dianggap egois, tidak sopan, atau tidak peduli jika berkata tidak. Akhirnya, kamu mengiyakan segala hal, bahkan ketika itu membuatmu kewalahan.

Masalahnya, kebiasaan ini membuat kamu menumpuk beban tanpa sadar. Menyetujui semua hal bukan tanda kebaikan, tetapi bentuk pengabaian terhadap kebutuhan diri sendiri.
Untuk mengatasinya, latih diri agar tidak langsung memberikan jawaban. Katakan dengan tenang, “Aku cek dulu ya, nanti aku kabari.” Kalimat sederhana ini memberi waktu untuk berpikir tanpa tekanan. Jika ternyata kamu tidak bisa, sampaikan dengan sopan dan jujur. Menolak bukan berarti jahat, itu artinya kamu tahu batasan dan menghargai waktu serta energimu sendiri.

2. Terlalu Sering Meminta Maaf

Kebiasaan meminta maaf berlebihan adalah ciri lain dari people pleaser. Kamu mungkin sering berkata “Maaf, ya” bahkan untuk hal kecil yang sebenarnya bukan salahmu, hanya karena takut orang lain tersinggung atau kecewa.
Sayangnya, terlalu sering meminta maaf justru bisa membuatmu terlihat kurang percaya diri dan memberi sinyal bahwa kamu selalu salah, padahal tidak.

Sebagai gantinya, ubah kebiasaan itu menjadi ekspresi yang lebih positif. Misalnya, daripada mengatakan “Maaf aku telat,” kamu bisa bilang, “Terima kasih sudah menunggu.” Perubahan kecil ini membuat komunikasi terasa lebih hangat tanpa menempatkan dirimu di posisi bersalah terus-menerus. Ini juga melatih cara pandang yang lebih sehat terhadap hubungan sosial.

3. Selalu Berusaha Menghindari Konflik

Banyak people pleaser merasa tidak nyaman menghadapi ketegangan, sehingga memilih diam atau menyetujui pendapat orang lain demi menghindari perdebatan. Padahal, tidak semua konflik berarti buruk. Konflik justru bisa membuka ruang untuk saling memahami dan membangun hubungan yang lebih jujur.

Jika kamu selalu menghindar, kamu akan kehilangan kesempatan untuk menunjukkan siapa dirimu sebenarnya.
Coba mulai dengan mengungkapkan pendapat secara tenang tanpa menyerang. Misalnya, katakan “Aku paham pendapatmu, tapi aku melihatnya sedikit berbeda.” Kalimat ini sederhana namun menunjukkan keberanian untuk bersuara. Ingat, menjaga kedamaian tidak harus berarti mengorbankan suara hatimu sendiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *