Kenapa Sering Mimpi Buruk? Cek Dulu Kadar Hormon Kortisol Stres Ini

Kenapa Sering Mimpi Buruk? Cek Dulu Kadar Hormon Kortisol Stres Ini
Kenapa Sering Mimpi Buruk? Cek Dulu Kadar Hormon Kortisol Stres Ini (www.freepik.com)

Tidur seharusnya menjadi waktu terbaik bagi tubuh untuk memulihkan energi, tetapi bagi sebagian orang, malam justru berubah menjadi pengalaman yang menegangkan. Mimpi buruk yang datang bertubi-tubi, tubuh yang basah oleh keringat dingin, dan perasaan cemas yang tiba-tiba muncul saat terbangun bisa menjadi sinyal serius dari tubuh bahwa kadar kortisol Anda sedang tidak seimbang. Hormon yang satu ini sering kali disebut sebagai “hormon stres” karena naik turunnya sangat dipengaruhi oleh kondisi psikologis dan beban pikiran yang sedang dialami.

Jika gejala ini sering terjadi, jangan terburu-buru menganggapnya sekadar efek lelah atau gangguan tidur biasa. Mimpi buruk dan keringat dingin bisa menjadi tanda bahwa tubuh Anda sedang berada dalam mode waspada tinggi, bahkan ketika Anda sedang beristirahat. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat memengaruhi kesehatan fisik maupun mental secara signifikan.

Apa Itu Kortisol dan Mengapa Disebut Hormon Stres

Kortisol adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal dan berperan penting dalam mengatur berbagai fungsi tubuh seperti metabolisme, tekanan darah, sistem kekebalan tubuh, serta respons terhadap stres. Dalam kondisi normal, kadar kortisol akan lebih tinggi di pagi hari untuk membantu tubuh terbangun dan menurun di malam hari agar tubuh bisa beristirahat dengan tenang.

Namun, saat seseorang mengalami stres berkepanjangan, kadar kortisol tetap tinggi bahkan di waktu malam. Kondisi inilah yang kemudian mengacaukan siklus tidur alami. Otak tidak dapat benar-benar beristirahat, dan tubuh terus berada dalam mode siaga. Akibatnya, mimpi buruk, jantung berdebar, atau keringat dingin bisa muncul berulang kali tanpa alasan yang jelas.

Hubungan Antara Kortisol, Stres, dan Kualitas Tidur

Tubuh memiliki mekanisme alami untuk melindungi diri dari ancaman melalui respons “lawan atau lari”. Ketika stres datang, tubuh melepaskan kortisol dan adrenalin agar seseorang tetap waspada. Sayangnya, jika situasi stres berlangsung terus-menerus, tubuh tidak pernah mendapat kesempatan untuk menurunkan kadar hormon ini.

Hal ini membuat sistem saraf bekerja terlalu aktif, mengganggu keseimbangan antara tidur nyenyak dan tidur ringan. Akibatnya, kualitas tidur menurun, seseorang menjadi lebih mudah bermimpi, bahkan mimpi buruk yang intens pun sering terjadi. Tidak jarang, seseorang terbangun di tengah malam dengan jantung berdebar dan napas yang tidak teratur.

Kondisi tersebut juga bisa mengarah pada stres tidur kronis, di mana tubuh merasa lelah meski sudah tidur cukup lama. Secara perlahan, hal ini dapat memengaruhi suasana hati, fokus, dan produktivitas sepanjang hari.

Meningkatnya Mimpi di Fase REM Akibat Stres

Tidur terdiri dari beberapa tahap, salah satunya adalah fase Rapid Eye Movement (REM), yaitu tahap di mana mimpi biasanya terjadi. Dalam keadaan stres, otak lebih aktif di fase ini karena kortisol yang tinggi membuat sistem saraf tidak benar-benar tenang.

Akibatnya, mimpi menjadi lebih banyak dan intens. Seseorang bisa mengalami mimpi yang sangat nyata dan menguras emosi, bahkan mengingat detailnya dengan jelas setelah bangun tidur. Otak pada dasarnya sedang mencoba memproses beban pikiran yang belum terselesaikan, tetapi karena sistem hormon sedang tidak seimbang, proses ini justru menghasilkan mimpi buruk yang mengganggu.

Kondisi ini bukan hanya masalah psikologis, tetapi juga fisiologis. Otak sedang berjuang untuk menenangkan diri, namun kortisol yang tinggi membuatnya terus berada dalam mode aktif seperti sedang menghadapi ancaman nyata.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *