Padahal Hidup Santai, Kok Tetap Kena Kelelahan Mental?

Padahal Hidup Santai, Kok Tetap Kena Kelelahan Mental?
Padahal Hidup Santai, Kok Tetap Kena Kelelahan Mental? (www.freepik.com)

Kurangnya Batasan Pribadi (Personal Boundaries)

Pernahkah kamu merasa kesulitan menolak permintaan orang lain, meskipun kamu sendiri sudah kewalahan? Atau mungkin kamu sering mengorbankan waktu dan energimu untuk orang lain sampai-sampai kamu sendiri tidak punya waktu untuk diri sendiri? Ini adalah tanda-tanda kurangnya batasan pribadi yang jelas, dan ini bisa menjadi pemicu kelelahan mental yang signifikan.

Batasan pribadi adalah garis imajiner yang kamu tarik untuk melindungi waktu, energi, dan kesejahteraan mentalmu. Ketika kamu tidak memiliki batasan yang jelas, orang lain cenderung mengambil keuntungan, entah disengaja atau tidak. Misalnya, teman yang selalu memintamu bantuan di menit-menit terakhir, atau keluarga yang terus-menerus meminta perhatianmu tanpa peduli kamu sedang sibuk. Kamu merasa tidak enak untuk menolak, akhirnya kamu mengiyakan, dan kamu sendiri yang menanggung dampaknya.

Kurangnya batasan tidak hanya berlaku pada orang lain, tapi juga pada dirimu sendiri. Misalnya, kamu mungkin kesulitan mematikan pekerjaan di malam hari, atau merasa bersalah jika mengambil waktu untuk bersantai. Ini adalah bentuk tidak adanya batasan antara dirimu dan pekerjaan atau kewajiban lainnya. Akibatnya, kamu terus-menerus merasa “on” dan tidak pernah benar-benar istirahat.

Membangun batasan pribadi adalah proses yang membutuhkan latihan, tapi hasilnya akan sangat sepadan. Mulailah dengan mengidentifikasi area-area di mana kamu sering merasa terkuras. Apakah itu dalam hubungan pertemanan, keluarga, atau bahkan di media sosial? Lalu, tentukan batasan yang ingin kamu tetapkan. Misalnya, tidak membalas pesan kerja setelah jam 7 malam, atau tidak meminjamkan uang kepada teman yang selalu tidak mengembalikannya.

Mengomunikasikan batasan ini dengan jelas dan tegas, namun tetap sopan, adalah kunci. Jangan merasa bersalah karena memprioritaskan dirimu sendiri. Ingat, kamu tidak bisa menuangkan dari cangkir yang kosong. Dengan menetapkan batasan, kamu tidak hanya melindungi dirimu dari kelelahan mental, tapi juga mengajarkan orang lain bagaimana seharusnya mereka memperlakukanmu. Ini adalah investasi penting untuk kesehatan mental jangka panjangmu.

Paparan Berita Negatif Berlebihan dan Media Sosial Tanpa Filter

Di era digital ini, kita terpapar informasi dari berbagai sumber setiap saat. Sayangnya, banyak di antaranya adalah berita negatif berlebihan atau konten di media sosial yang seringkali tidak difilter. Paparan konstan terhadap berita tentang bencana, konflik, kejahatan, atau bahkan drama pribadi orang lain di media sosial, bisa membebani pikiranmu tanpa disadari.

Otak kita dirancang untuk memperhatikan ancaman dan bahaya sebagai mekanisme bertahan hidup. Ketika kita terus-menerus terpapar berita negatif, otak kita bisa masuk ke mode “waspada” yang konstan. Ini menyebabkan peningkatan hormon stres seperti kortisol, yang jika terjadi terus-menerus, bisa menyebabkan kelelahan mental, kecemasan, bahkan depresi. Kamu mungkin merasa gelisah, pesimis, atau putus asa tanpa tahu mengapa.

Selain berita, media sosial juga bisa menjadi pedang bermata dua. Meskipun bisa menjadi alat untuk terhubung dan mendapatkan informasi, seringkali media sosial dipenuhi dengan perbandingan, validasi semu, dan konten yang memicu rasa tidak aman. Melihat hidup orang lain yang tampak sempurna, atau terjebak dalam perdebatan online, bisa sangat menguras energi mental. Apalagi jika kamu terus-menerus mengecek notifikasi atau scrolling tanpa tujuan yang jelas.

Penting untuk menjadi konsumen informasi yang cerdas dan sadar. Kamu punya kendali atas apa yang masuk ke dalam pikiranmu. Cobalah untuk membatasi waktu yang kamu habiskan untuk menonton berita atau menjelajahi media sosial. Pilih sumber berita yang terpercaya dan netral, dan hindari channel yang terlalu sensasional atau memicu emosi negatif.

Pertimbangkan juga untuk melakukan “detoks” media sosial secara berkala. Matikan notifikasi, hapus beberapa aplikasi untuk sementara, atau batasi waktu penggunaanmu. Ganti waktu yang terbuang itu dengan aktivitas yang lebih positif dan menyehatkan mental, seperti membaca buku, berinteraksi langsung dengan teman, atau melakukan hobi. Ingat, kamu berhak melindungi ruang mentalmu dari hal-hal yang tidak memberimu nilai positif.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *