4. Sikap Korban – Merasa Paling Menderita dan Menarik Simpati
Salah satu ciri khas lainnya adalah mereka sering kali mengambil posisi sebagai korban. Mereka mungkin mengeluh tentang beban kerja yang banyak, merasa tidak dihargai, atau merasa bahwa orang lain selalu salah dan mereka adalah pihak yang paling menderita. Contohnya, “Ya sudahlah, biar aku saja yang melakukan semuanya, aku kan memang selalu begitu.” Kalimat ini dimaksudkan untuk membuat kamu merasa bersalah dan simpati, bahkan jika kamu tidak melakukan kesalahan apa pun. Mereka menggunakan penderitaan mereka sebagai alat untuk memanipulasi atau mendapatkan perhatian, tanpa harus berkomunikasi secara terbuka tentang apa yang sebenarnya mereka inginkan atau rasakan. Ini bisa sangat menjebak dan membuat kamu merasa terperangkap dalam lingkaran rasa bersalah.
5. Silent Treatment – Diam Seribu Bahasa yang Penuh Makna
Ketika mereka merasa kesal atau marah, alih-alih menyatakannya, mereka memilih untuk diam. Silent treatment adalah salah satu bentuk komunikasi pasif-agresif yang paling menyiksa. Mereka akan mengabaikan panggilan, pesan, atau bahkan kehadiranmu, membuatmu merasa tidak terlihat dan tidak penting. Mereka tahu bahwa sikap diam mereka akan menciptakan ketegangan dan membuatmu bertanya-tanya apa yang salah. Tujuannya? Untuk menghukummu dan membuatmu merasa tidak nyaman, tanpa harus mengucapkan sepatah kata pun. Ini adalah bentuk manipulasi emosional yang sangat merusak hubungan, karena mencegah diskusi yang jujur dan penyelesaian masalah. Kamu akan terus-menerus mencoba “menebak” apa yang salah, padahal solusinya ada pada komunikasi terbuka.
6. Kritik Pura-Pura Membangun – Nasihat Beracun di Balik Senyum
Mereka mungkin akan memberikan kritik atau saran, tetapi dengan cara yang menyiratkan bahwa mereka lebih unggul atau bahwa kamu melakukan kesalahan besar. Kritik ini sering dibungkus dengan kalimat seperti, “Aku cuma ingin membantumu, tapi…” atau “Ini demi kebaikanmu…” Namun, di baliknya, ada niat untuk menjatuhkan atau menunjukkan superioritas. Misalnya, saat kamu sedang bercerita tentang pencapaianmu, mereka mungkin menimpali, “Bagus sih, tapi coba kalau kamu kemarin melakukan ini, hasilnya pasti lebih maksimal.” Sekilas terdengar seperti masukan, tapi sebenarnya adalah cara untuk meredupkan kebahagiaanmu dan menonjolkan kekuranganmu. Ini adalah bentuk lain dari agresi terselubung yang bisa sangat merusak kepercayaan diri.
7. Memilih Lupa atau Salah – Ketika Kesalahan Bukanlah Ketidaksengajaan
Ketika mereka tidak ingin melakukan sesuatu atau menghindari konsekuensi dari tindakan mereka, mereka mungkin akan “lupa” atau “salah paham” secara strategis. Ini bukan lupa yang sebenarnya, melainkan bentuk penolakan pasif. Contohnya, mereka mungkin “lupa” mengurus tagihan penting, atau “salah paham” mengenai instruksi yang jelas, yang pada akhirnya merugikan orang lain. Mereka bisa saja beralasan, “Oh, maaf, aku kira bukan begitu maksudnya,” padahal instruksinya sudah sangat gamblang. Ini adalah cara mereka untuk menghindari tanggung jawab atau untuk menunjukkan penolakan tanpa harus berkonfrontasi. Ini bisa sangat mengganggu, terutama jika terjadi berulang kali.
Bagaimana Menghadapi Komunikasi Pasif-Agresif?
Menghadapi seseorang dengan pola komunikasi pasif-agresif memang tidak mudah. Kuncinya adalah tidak terpancing emosi dan tetap tenang. Berikut beberapa tips yang bisa kamu coba:
Tetap Tenang dan Jangan Terprovokasi
Hal pertama yang harus diingat adalah jangan membiarkan dirimu terpancing emosi. Orang pasif-agresif seringkali menginginkan reaksi darimu. Jika kamu marah atau frustrasi, mereka merasa berhasil. Ambil napas dalam-dalam dan coba tetap tenang. Ingat, ini bukan tentang dirimu secara personal, melainkan tentang gaya komunikasi mereka.






