Remaja Bukan Durhaka, Mereka Sedang Mencari Cara Bertahan

Remaja Bukan Durhaka, Mereka Sedang Mencari Cara Bertahan
Remaja Bukan Durhaka, Mereka Sedang Mencari Cara Bertahan (www.freepik.com)

lombokprime.com – Pernahkah terbesit di pikiran kita, mengapa remaja seringkali tampak menentang, memberontak, atau seolah-olah “durhaka”? Rasanya, setiap perkataan yang kita lontarkan selalu ada saja yang dibantah, setiap aturan yang kita buat selalu ada saja yang dilanggar. Padahal, jauh di lubuk hati mereka, para remaja ini bukan sedang ingin menyusahkan atau mencari gara-gara. Mereka sesungguhnya sedang berada dalam fase paling krusial dalam hidupnya: mencari cara untuk bertahan, menemukan identitas diri, dan menavigasi dunia yang terasa begitu kompleks.

Masa remaja adalah jembatan antara masa kanak-kanak yang penuh kepolosan dan masa dewasa yang penuh tanggung jawab. Di titik inilah, mereka dihadapkan pada badai perubahan, baik secara fisik, emosional, maupun sosial. Otak mereka sedang mengalami restrukturisasi besar-besaran, hormon bergejolak, dan tuntutan dari lingkungan sekitar semakin meningkat. Jadi, ketika kita melihat seorang remaja menarik diri, marah-marah, atau menunjukkan perilaku yang “sulit,” mungkin sudah saatnya kita melihatnya dari sudut pandang yang berbeda. Bukan sebagai tindakan durhaka, melainkan sebagai bentuk adaptasi, atau bahkan teriakan minta tolong, dalam upaya mereka untuk bertahan di tengah hiruk pikuk kehidupan.

Badai Perubahan di Otak Remaja: Mengapa Mereka Berisiko dan Impulsif?

Mari kita selami sedikit lebih dalam mengenai apa yang sebenarnya terjadi di balik layar, tepatnya di dalam otak remaja. Ini bukan sekadar alasan-alasan klise, melainkan penjelasan ilmiah yang bisa membantu kita memahami mengapa mereka seringkali mengambil keputusan yang tampak aneh atau berisiko. Selama masa remaja, area otak yang bertanggung jawab untuk penalaran, perencanaan, dan kontrol impuls—yaitu korteks prefrontal—masih dalam tahap perkembangan akhir. Bagian ini baru akan matang sepenuhnya pada usia pertengahan dua puluhan.

Sementara itu, sistem limbik, area otak yang terkait dengan emosi, penghargaan, dan respons cepat terhadap rangsangan, justru sangat aktif. Bayangkan saja, sebuah mobil balap (sistem limbik) dengan mesin super cepat, namun pengemudinya (korteks prefrontal) masih dalam tahap belajar mengemudi. Akibatnya, remaja cenderung lebih mudah terpengaruh oleh emosi, mencari sensasi, dan kurang mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang dari tindakan mereka. Mereka mungkin belum mampu menilai risiko sebaik orang dewasa, sehingga seringkali terlibat dalam perilaku impulsif atau berani mengambil keputusan yang kurang matang. Ini bukan disengaja atau bertujuan melukai siapa pun, melainkan respons alami dari otak yang sedang berproses.

Gejolak Hormon dan Pencarian Identitas: Sebuah Pergulatan Batin

Perubahan fisik pada remaja, seperti pertumbuhan cepat, perkembangan karakteristik seksual sekunder, hingga jerawat yang tiba-tiba muncul, seringkali diiringi dengan gejolak hormon yang luar biasa. Fluktuasi hormon ini dapat memengaruhi suasana hati, menyebabkan mereka mudah tersinggung, cemas, atau bahkan murung. Perasaan-perasaan ini, ditambah dengan tekanan untuk cocok dengan teman sebaya dan menemukan tempat di tengah masyarakat, bisa menjadi beban yang sangat berat.

Pada fase ini, mereka juga sedang gencar-gencarnya mencari identitas diri. Siapa aku? Apa bakatku? Apa tujuanku? Pertanyaan-pertanyaan fundamental ini terus berputar di benak mereka. Mereka mungkin mencoba berbagai gaya berpakaian, genre musik yang berbeda, atau bahkan lingkaran pertemanan yang tidak biasa, semua demi menemukan “dirinya” yang sejati. Proses pencarian ini seringkali melibatkan eksperimen dan, tak jarang, kesalahan. Mereka mungkin merasa tidak dipahami, terasing, atau bahkan kesepian meskipun dikelilingi banyak orang. Pergolakan batin ini, meskipun tidak terlihat, adalah bagian dari perjalanan penting mereka untuk menjadi individu yang utuh.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *