lombokprime.com – Bukan jomblo, tapi trauma”? Istilah ini mungkin asing di telinga sebagian orang, namun bagi mereka yang pernah mengalami pahitnya ditinggalkan setelah merasakan indahnya disayangi, frasa ini menjadi cerminan nyata dari sebuah luka batin yang dalam. Fenomena ini bukanlah sekadar kesendirian biasa, melainkan sebuah ketakutan disayangi lalu ditinggal pergi yang menghantui, menjadikan seseorang enggan untuk memulai atau melanjutkan hubungan serius. Rasa takut ini bisa sangat melumpuhkan, membuat seseorang menarik diri dari potensi kebahagiaan karena enggan merasakan sakitnya lagi.
Rasa trauma ini tidak hanya berlaku pada hubungan romantis, lho. Bisa jadi, ia muncul dari pengalaman ditinggalkan oleh sahabat, keluarga, atau bahkan dalam konteks pekerjaan. Intinya, trauma ini berakar pada perasaan mendalam akan kehilangan dan penolongan, yang kemudian memicu kecemasan berlebih terhadap kemungkinan terulangnya pengalaman serupa. Dampaknya, kita jadi lebih berhati-hati, bahkan sampai pada titik menghindari kedekatan emosional, demi melindungi diri dari potensi luka.
Memahami Akar Trauma Ditinggalkan: Kenapa Kita Merasa Takut?
Ketakutan untuk disayangi lalu ditinggalkan tidak muncul begitu saja. Ada beberapa akar penyebab yang seringkali menjadi pemicu utama. Memahami ini penting agar kita bisa mulai mengidentifikasi dan mengatasi perasaan tersebut.
Pengalaman Masa Lalu yang Menyakitkan
Ini adalah pemicu yang paling umum. Jika kamu pernah mengalami perpisahan yang sangat menyakitkan, entah itu hubungan yang berakhir secara tiba-tiba, pengkhianatan, atau ditinggalkan tanpa penjelasan, memori tersebut bisa meninggalkan luka yang mendalam. Otak kita secara alami akan mencoba melindungi diri dari rasa sakit yang sama di masa depan. Akibatnya, setiap kali ada potensi kedekatan, alarm bahaya akan berbunyi, memunculkan ketakutan akan terulangnya pengalaman ditinggalkan. Ini seperti sebuah mekanisme pertahanan diri, yang sayangnya, bisa jadi terlalu berlebihan hingga menghambat kita untuk membuka hati.
Rasa Tidak Layak Dicintai atau Disayangi
Terkadang, ketakutan ditinggalkan bukan hanya tentang orang lain yang pergi, tetapi juga tentang bagaimana kita memandang diri sendiri. Jika kita merasa tidak cukup baik, tidak layak dicintai, atau memiliki harga diri yang rendah, kita cenderung percaya bahwa cepat atau lambat orang lain akan melihat “kekurangan” tersebut dan pada akhirnya akan pergi. Keyakinan ini bisa berasal dari pola asuh, kritik yang sering diterima, atau perbandingan diri dengan orang lain. Alhasil, kita jadi sering mencari-cari “tanda” bahwa seseorang akan pergi, dan ini bisa menjadi sebuah self-fulfilling prophecy.
Gaya Keterikatan (Attachment Style) yang Tidak Aman
Konsep attachment style atau gaya keterikatan dalam psikologi menjelaskan bagaimana cara kita membentuk hubungan berdasarkan pengalaman masa kecil dengan pengasuh. Seseorang dengan gaya keterikatan cemas (anxious attachment) atau menghindar (avoidant attachment) cenderung lebih rentan mengalami ketakutan ditinggalkan. Individu dengan gaya keterikatan cemas mungkin terlalu bergantung pada orang lain untuk validasi dan takut ditinggalkan, sementara individu dengan gaya keterikatan menghindar mungkin menjaga jarak emosional untuk melindungi diri dari potensi rasa sakit. Mengenali gaya keterikatanmu bisa jadi langkah awal untuk memahami pola-pola hubungan yang kamu alami.
Tanda-tanda Kamu Mengalami Ketakutan Disayangi Lalu Ditinggalkan
Bagaimana cara mengetahui jika kamu benar-benar mengalami trauma ini? Ada beberapa tanda yang bisa kamu kenali dalam perilaku dan perasaanmu. Ini bukan daftar diagnosis, tetapi lebih sebagai panduan untuk berefleksi.






