Pencarian Kendali dan Kekuasaan
Bagi sebagian bully, tindakan perundungan adalah tentang menegaskan dominasi dan kekuasaan. Mereka merasa perlu untuk mengontrol orang lain, dan kebaikan seringkali disalahartikan sebagai kelemahan yang dapat dieksploitasi. Dengan menindas orang baik, mereka merasa memegang kendali dan dapat mempertahankan posisi mereka, meskipun itu berarti merugikan orang lain. Ini adalah bentuk penyalahgunaan kekuasaan di kantor yang merusak.
Proyeksi Negatif
Kadang-kadang, bully memproyeksikan rasa tidak aman, frustrasi, atau ketidakmampuan mereka sendiri kepada target. Mereka melihat pada orang baik sifat-sifat yang tidak mereka sukai pada diri mereka sendiri atau yang mereka anggap sebagai ancaman. Dengan merendahkan orang lain, mereka secara tidak sadar mencoba meningkatkan harga diri mereka sendiri atau melampiaskan emosi negatif yang terpendam.
Lingkungan Kerja yang Memperburuk Masalah
Selain faktor psikologis individu, budaya organisasi juga memainkan peran besar dalam melanggengkan bullying.
Kurangnya Kebijakan Anti-Bullying yang Jelas
Jika perusahaan tidak memiliki kebijakan anti-bullying yang efektif atau tidak menegakkannya dengan serius, ini memberikan celah bagi para bully untuk beraksi tanpa takut konsekuensi. Ketiadaan prosedur pelaporan yang jelas atau respons yang lambat terhadap aduan bisa membuat korban merasa tidak berdaya dan sendirian.
Budaya Kompetisi yang Berlebihan
Lingkungan yang terlalu kompetitif, di mana individu dipaksa untuk saling menginjak demi mencapai target atau promosi, dapat memicu perilaku bullying. Alih-alih kolaborasi, yang terjadi adalah persaingan tidak sehat yang menghalalkan segala cara.
Kepemimpinan yang Pasif atau Abusif
Atasan yang membiarkan bullying terjadi, atau bahkan menjadi bully itu sendiri, menciptakan suasana kerja toksik yang sangat merugikan. Kurangnya intervensi dari manajemen mengirimkan pesan bahwa perilaku semacam itu dapat diterima, dan ini semakin memperkuat lingkaran bullying.
Bagaimana Melindungi Diri dan Membangun Batasan yang Kuat
Jika kamu merasa menjadi target bullying atau menyaksikan perilaku ini di tempat kerja, ada beberapa langkah yang bisa diambil:
Mengenali Tanda-tanda Awal
Hal pertama adalah mengenali tanda-tanda bullying. Apakah kamu sering dikritik tanpa alasan yang jelas? Apakah pekerjaanmu diabaikan atau disabotase? Apakah ada desas-desus negatif tentang dirimu yang disebarkan? Semakin cepat kamu menyadarinya, semakin cepat kamu bisa bertindak.
Mendokumentasikan Setiap Kejadian
Mencatat setiap insiden, termasuk tanggal, waktu, lokasi, siapa yang terlibat, dan apa yang terjadi, sangat penting. Dokumen ini akan menjadi bukti kuat jika kamu memutuskan untuk melaporkannya. Simpan juga email, pesan, atau bukti lain yang relevan. Ini adalah strategi menghadapi bullying di tempat kerja yang krusial.
Membangun Batasan yang Jelas dan Tegas
Orang baik seringkali kesulitan mengatakan “tidak” atau menegaskan diri. Namun, untuk melindungi diri dari bullying, kamu perlu belajar membangun batasan yang sehat. Ini bukan berarti kamu harus menjadi kasar atau agresif, tetapi lebih pada bersikap asertif dan jelas tentang apa yang kamu terima dan apa yang tidak. Komunikasikan batasanmu dengan tenang namun tegas.
Mencari Dukungan
Jangan hadapi ini sendirian. Berbicara dengan rekan kerja yang kamu percaya, teman, anggota keluarga, atau bahkan profesional kesehatan mental sangat membantu. Dukungan emosional dapat memberikan kekuatan dan perspektif yang kamu butuhkan. Ada banyak sumber daya bantuan untuk korban bullying yang bisa diakses.






