Egois dan Fokus pada Diri Sendiri
Orang tua yang belum dewasa secara emosional cenderung sangat egois dan fokus pada kebutuhan diri sendiri. Mereka mungkin kurang peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain, termasuk anak-anak mereka. Dalam percakapan, mereka mungkin sering mengalihkan topik kembali ke diri mereka sendiri, atau menganggap masalah mereka lebih penting daripada masalah orang lain.
Misalnya, seorang anak mungkin sedang berjuang dengan PR yang sulit atau merasa sedih karena sesuatu di sekolah, tetapi orang tua justru mengalihkan perhatian pada masalah pekerjaan mereka sendiri atau mengeluhkan hal-hal sepele yang terjadi pada mereka. Alih-alih memberikan dukungan dan validasi, mereka justru berharap anak yang memberikan dukungan emosional kepada mereka.
Mengapa Ini Terjadi?
Sikap egois ini seringkali berakar pada kurangnya pemahaman tentang empati dan kurangnya kemampuan untuk melihat dunia dari sudut pandang orang lain. Mereka mungkin tidak pernah diajari untuk mempertimbangkan perasaan orang lain, atau mereka sendiri tidak pernah mendapatkan validasi emosional yang cukup di masa kecil mereka. Akibatnya, mereka cenderung berpikir bahwa dunia berputar di sekitar mereka, dan kebutuhan mereka harus selalu diprioritaskan.
Sulit Membangun Batasan yang Sehat
Ketidakmampuan untuk membangun batasan yang sehat juga menjadi ciri penting. Ini bisa berarti mereka seringkali mengintervensi kehidupan pribadi anak-anak mereka secara berlebihan, tidak menghargai privasi, atau bahkan bergantung secara emosional pada anak mereka. Mereka mungkin seringkali meminta anak mereka untuk memenuhi kebutuhan emosional mereka sendiri, seperti menjadi “teman curhat” atau penasihat.
Contoh lainnya adalah ketika mereka tidak bisa menerima “tidak” sebagai jawaban. Mereka mungkin akan merasa tersinggung, marah, atau bahkan manipulatif jika anak mereka mencoba menetapkan batasan atau menyatakan kebutuhan mereka sendiri. Hal ini membuat anak sulit mengembangkan rasa otonomi dan identitas diri yang kuat. Mereka terus-menerus merasa terikat dan tidak bisa bebas menjadi diri mereka sendiri.
Pentingnya Batasan:
Batasan yang sehat adalah fondasi dari setiap hubungan yang sehat. Ini memungkinkan setiap individu untuk mempertahankan identitas mereka sendiri, menghargai ruang pribadi, dan merasa aman dalam hubungan. Tanpa batasan ini, hubungan menjadi kabur dan seringkali dipenuhi dengan rasa bersalah serta kewajiban yang tidak sehat.
Kurang Empati dan Sulit Memahami Perasaan Orang Lain
Kurangnya empati adalah salah satu tanda yang paling menyakitkan dari orang tua yang belum dewasa secara emosional. Mereka kesulitan menempatkan diri pada posisi orang lain, terutama anak-anak mereka. Akibatnya, mereka mungkin meremehkan perasaan anak, mengabaikan kesedihan atau ketakutan anak, atau bahkan memvalidasi emosi anak dengan mengatakan hal-hal seperti, “Kamu terlalu dramatis,” atau “Kenapa kamu sedih hanya karena itu?”
Misalnya, jika seorang anak menangis karena di-bully di sekolah, orang tua yang tidak berempati mungkin akan menjawab, “Ah, sudahlah, jangan cengeng,” atau “Kamu sendiri sih yang salah.” Ini bukan hanya tidak membantu, tetapi juga sangat merusak. Anak-anak membutuhkan validasi atas perasaan mereka untuk belajar mengelola emosi dan merasa aman.
Dampak pada Anak:
Anak-anak yang dibesarkan tanpa empati yang cukup dari orang tua seringkali kesulitan memahami dan mengekspresikan emosi mereka sendiri. Mereka mungkin merasa bahwa perasaan mereka tidak penting, atau bahwa mereka harus menyembunyikan emosi mereka untuk menghindari kritik. Dalam jangka panjang, ini bisa menyebabkan masalah kesehatan mental, seperti depresi dan kecemasan, serta kesulitan dalam membangun hubungan yang mendalam dan bermakna.






