lombokprime.com – Pernahkah kamu merasa keluh kesah generasi Boomer kadang terdengar seperti “curhatan” yang sulit relate dengan kehidupanmu? Seolah-olah ada jurang pemisah antara pengalaman mereka dan realitas yang kita hadapi sekarang. Generasi Boomer, yang lahir antara tahun 1946 hingga 1964, tumbuh di era yang sangat berbeda. Mereka menyaksikan perubahan besar, dari pasca-Perang Dunia II hingga perkembangan teknologi awal. Hal ini membentuk pola pikir dan prioritas mereka, yang seringkali bertolak belakang dengan generasi muda seperti Milenial, Gen Z, bahkan Gen Alpha. Mari kita selami beberapa keluhan khas Boomer yang mungkin membuat kita, generasi setelahnya, mengernyitkan dahi.
“Anak Muda Sekarang Terlalu Manja dan Kurang Kerja Keras!”
Ini adalah salah satu keluhan klasik yang sering kita dengar. Boomer bangga dengan etos kerja mereka yang kuat, seringkali mengacu pada masa muda mereka di mana mereka bekerja keras dari pagi hingga malam, bahkan di usia belia. Mereka mungkin pernah bekerja paruh waktu sejak sekolah menengah, menabung untuk kuliah, atau langsung terjun ke dunia kerja dengan minim fasilitas.
Namun, realitas generasi sekarang sangat berbeda. Tingkat persaingan kerja jauh lebih tinggi, biaya hidup melambung, dan ekspektasi dunia kerja pun berubah. Generasi muda sekarang lebih mengutamakan keseimbangan hidup dan kerja (work-life balance), fleksibilitas, dan lingkungan kerja yang positif. Mereka tidak lagi melihat jam kerja yang panjang sebagai satu-satunya indikator kesuksesan, melainkan efektivitas dan produktivitas.
“Dulu Semuanya Lebih Murah dan Mudah!”
“Harga rumah dulu murah, kuliah tidak semahal sekarang, cari kerja gampang!” Pernyataan ini seringkali dilontarkan sebagai perbandingan yang menyudutkan. Memang benar, di masa lalu, inflasi dan biaya hidup tidak setinggi sekarang. Sebuah studi dari The Pew Research Center menunjukkan bahwa daya beli dolar di tahun 1970-an jauh lebih tinggi dibandingkan saat ini. Harga properti, misalnya, mengalami kenaikan signifikan dalam beberapa dekade terakhir, membuat kepemilikan rumah menjadi mimpi yang semakin jauh bagi banyak generasi muda.
Namun, di balik kemudahan “dulu”, ada faktor lain yang seringkali terabaikan. Akses informasi terbatas, pilihan karier belum sevariatif sekarang, dan mobilitas sosial juga tidak semudah saat ini. Generasi sekarang justru dihadapkan pada tantangan ekonomi global yang kompleks, ketidakpastian pasar kerja, dan tekanan untuk terus berinovasi di tengah perubahan yang begitu cepat.
“Kenapa Semua Orang Kecanduan Gadget?”
Mungkin ini adalah keluhan yang paling sering muncul dari Boomer: obsesi terhadap ponsel pintar dan media sosial. Mereka mungkin melihat generasi muda selalu menunduk menatap layar, kehilangan interaksi tatap muka, dan terlalu banyak membagikan kehidupan pribadi secara online.
Memang, penggunaan gadget yang berlebihan memiliki dampak negatif. Namun, bagi generasi muda, gadget bukan hanya hiburan. Smartphone adalah alat penting untuk belajar, bekerja, berkomunikasi, dan bahkan membangun komunitas. Platform media sosial menjadi wadah untuk mengekspresikan diri, mencari informasi, membangun jaringan, dan bahkan mencari nafkah. Menurut data dari We Are Social dan Kepios tahun 2024, rata-rata orang Indonesia menghabiskan lebih dari 8 jam sehari di internet, sebagian besar melalui perangkat seluler. Ini menunjukkan betapa terintegrasinya teknologi dalam kehidupan modern. Teknologi berkembang begitu pesat, dan kita sebagai generasi yang tumbuh bersamanya, secara otomatis beradaptasi. Bagi Boomer, ini adalah sebuah transisi yang mungkin terasa mendadak dan membingungkan.






