Sosial  

Boomer Sengsara di Masa Tua? Ini Fakta yang Tak Pernah Diungkap!

Boomer Sengsara di Masa Tua? Ini Fakta yang Tak Pernah Diungkap!
Boomer Sengsara di Masa Tua? Ini Fakta yang Tak Pernah Diungkap! (www.freepik.com)

lombokprime.com – Baby Boomer, generasi yang lahir antara tahun 1946 hingga 1964, selama ini sering digambarkan sebagai kelompok yang paling beruntung secara ekonomi, menikmati stabilitas pekerjaan, harga properti terjangkau, dan masa pensiun yang nyaman. Namun, kini pandangan itu perlahan berubah. Ada narasi baru yang muncul, di mana semakin banyak Boomer yang mulai merasa menjadi “korban” dari pusaran perubahan ekonomi dan sosial yang tak terduga. Mereka dihadapkan pada kenyataan harus downsize (mengecilkan gaya hidup), biaya hidup yang melonjak drastis, dan yang paling menyakitkan, merasa disalahkan oleh generasi muda atas ketimpangan ekonomi yang terjadi saat ini.

Mengapa Generasi yang Dulu Begitu Jaya Kini Merasa Terpinggirkan?

Dulu, “Mimpi Amerika” atau setidaknya mimpi kesejahteraan di banyak negara maju, seolah-olah menjadi nyata bagi para Baby Boomer. Mereka tumbuh di era pascaperang, ketika roda ekonomi berputar kencang, menciptakan berbagai peluang emas.

Era Keemasan Boomer: Sebuah Mimpi yang Menjadi Nyata

Bayangkan saja, mereka menikmati berbagai keuntungan yang mungkin sulit dibayangkan generasi sekarang:

  • Harga Properti yang Terjangkau: Banyak Boomer bisa membeli rumah impian dengan harga yang relatif murah di awal-awal karier mereka. Rumah-rumah ini, seiring berjalannya waktu, kini nilainya melambung tinggi, menjadi aset berharga yang tak terhingga.
  • Pensiun yang Aman dan Nyaman: Sistem pensiun dan jaminan sosial pada masa itu masih sangat kuat. Hal ini memungkinkan para Boomer untuk merencanakan masa pensiun dengan nyaman, tanpa terlalu banyak kekhawatiran finansial.
  • Stabilitas Pekerjaan yang Tinggi: Berkarier panjang di satu perusahaan dengan berbagai tunjangan pensiun adalah hal yang lumrah. Konsep job hopping atau pindah-pindah pekerjaan belum sepopuler sekarang. Loyalitas terhadap satu perusahaan seringkali berujung pada masa tua yang terjamin.

Namun, ironisnya, segala keuntungan dan “kemudahan” yang mereka nikmati di masa lalu ini justru menjadi bumerang di masa kini. Persepsi terhadap Boomer, dari generasi yang “beruntung” menjadi “pihak yang disalahkan”, mulai mengikis kejayaan masa lalu itu.

Realita Pahit: Mengapa Boomer Kini Merasa Menjadi “Korban”?

Perubahan ekonomi dan sosial bergerak begitu cepat, dan tak jarang meninggalkan luka bagi mereka yang kurang siap. Bagi sebagian Baby Boomer, perubahan ini terasa seperti tsunami yang menghempas fondasi kehidupan yang telah mereka bangun.

Biaya Hidup yang Melonjak Tinggi: Menggerus Tabungan Pensiun

Salah satu faktor paling terasa adalah kenaikan biaya hidup yang tak terkendali. Biaya kesehatan, terutama untuk perawatan lansia, terus merangkak naik. Inflasi juga turut menggerus daya beli, membuat tabungan pensiun yang dulu dianggap cukup, kini terasa kurang. Banyak Boomer, yang mungkin tidak pernah membayangkan akan hidup selama ini, ternyata belum cukup menabung untuk menghadapi usia senja yang lebih panjang dari perkiraan.

Tekanan untuk Downsize: Melepas Kenangan dan Kenyamanan

Isu properti menjadi salah satu pemicu utama perdebatan antar generasi. Generasi muda, terutama milenial dan Gen Z, seringkali mengkritik Boomer karena dianggap “memonopoli” rumah-rumah besar yang harganya kini selangit. Mereka kesulitan memiliki properti sendiri, sementara orang tua mereka atau generasi sebelumnya masih tinggal di rumah-rumah yang luas. Akibatnya, muncul tekanan sosial yang membuat Boomer merasa dipaksa untuk menjual rumah atau pindah ke tempat yang lebih kecil. Ini bukan hanya masalah finansial, tapi juga emosional. Meninggalkan rumah yang penuh kenangan, tempat mereka membesarkan anak-anak, tentu bukan hal yang mudah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *