Sosial  

Boomer Sengsara di Masa Tua? Ini Fakta yang Tak Pernah Diungkap!

Boomer Sengsara di Masa Tua? Ini Fakta yang Tak Pernah Diungkap!
Boomer Sengsara di Masa Tua? Ini Fakta yang Tak Pernah Diungkap! (www.freepik.com)

Dikambinghitamkan oleh Generasi Muda: Pukulan bagi Harga Diri

Mungkin yang paling menyakitkan adalah ketika Boomer seringkali dituding dan dikambinghitamkan oleh generasi muda atas berbagai masalah. Mulai dari krisis perumahan, perubahan iklim, hingga utang nasional, seolah-olah semua adalah kesalahan generasi mereka. Boomer merasa generasi muda tidak memahami tantangan yang mereka hadapi di masa lalu, seperti resesi ekonomi yang juga pernah menghantam mereka. Mereka merasa kerja keras dan pengorbanan mereka diabaikan, digantikan dengan label-label negatif yang menyesakkan.

Krisis Pensiun yang Tak Terduga: Kembali Bekerja di Usia Senja

Meskipun banyak yang memiliki pensiun, realita di lapangan menunjukkan bahwa dana pensiun tersebut seringkali tidak cukup untuk menghadapi biaya hidup yang terus meningkat. Banyak Boomer yang harus kembali bekerja di usia senja, padahal seharusnya ini adalah waktu mereka untuk beristirahat dan menikmati hidup. Ini bukan pilihan, melainkan keharusan finansial. Kondisi ini membuat mereka merasa rapuh dan tidak terjamin, berbanding terbalik dengan harapan masa pensiun yang aman.

Konflik Antargenerasi: Boomer vs. Milenial/Gen Z

Hubungan antar generasi ini seringkali diwarnai oleh ketegangan dan salah paham. Ada jurang persepsi yang dalam, membuat setiap pihak merasa paling benar.

Sudut Pandang Generasi Muda (Milenial/Gen Z):

Generasi muda seringkali melihat Boomer dengan kacamata yang cukup kritis:

  • “Serakah”: Mereka beranggapan Boomer mempertahankan properti dan kekayaan, sementara anak muda kesulitan membeli rumah, bahkan untuk memulai kehidupan. Mereka melihat ini sebagai bentuk ketidakadilan struktural.
  • “Tidak Peduli Lingkungan”: Pola konsumsi Boomer di masa lalu, seperti penggunaan mobil pribadi yang berlebihan atau kurangnya kesadaran akan dampak lingkungan, seringkali dianggap berkontribusi pada kerusakan iklim saat ini.

Sudut Pandang Baby Boomer:

Di sisi lain, Boomer pun punya pembelaan mereka:

  • “Kami Bekerja Keras untuk Ini”: Mereka merasa telah berjuang mati-matian, melewati berbagai rintangan ekonomi, dan berhak menikmati hasil dari kerja keras tersebut. Kekayaan yang mereka miliki adalah buah dari pengorbanan.
  • “Kami Juga Menghadapi Kesulitan”: Tidak semua Boomer kaya raya seperti yang dibayangkan generasi muda. Banyak di antara mereka yang juga hidup pas-pasan, bahkan berjuang keras untuk bertahan hidup dengan pensiun yang minim. Mereka merasa tidak adil jika digeneralisasi sebagai kelompok yang serba berkecukupan.

Apakah Boomer Benar-Benar “Korban”? Sebuah Refleksi Mendalam

Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban tunggal yang mudah.

  • Ya, bagi mereka yang menghadapi kesulitan finansial, biaya hidup yang melonjak, dan tekanan sosial yang tiada henti. Bagi Boomer yang harus kembali bekerja di usia senja, atau yang terpaksa menjual rumah impian mereka, label “korban” terasa sangat nyata.
  • Tidak sepenuhnya, karena harus diakui banyak Boomer yang masih memiliki aset berharga, seperti properti dan investasi, yang jauh lebih besar dibandingkan rata-rata aset generasi muda saat ini. Keuntungan ini memang tidak bisa dinafikan.

Pada dasarnya, ini bukanlah semata-mata kesalahan satu generasi saja. Ini adalah masalah sistemik yang jauh lebih kompleks, yang melibatkan kegagalan kebijakan ekonomi dan sosial dalam beradaptasi dengan perubahan zaman yang begitu cepat. Kebijakan perumahan, sistem pensiun, dan tatanan ekonomi secara keseluruhan perlu ditinjau ulang agar lebih inklusif dan adil bagi semua generasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *