lombokprime.com – Pernahkah kamu merasa seperti berbicara dengan seseorang dari planet lain saat mencoba menjelaskan TikTok kepada kakek nenekmu? Atau mungkin bingung melihat bagaimana orang tua bisa hidup tanpa smartphone di masa muda mereka? Fenomena ini bukan cuma soal perbedaan usia, melainkan cerminan dari jurang pengalaman hidup Boomer dan Gen Z yang semakin melebar, mencakup segalanya mulai dari teknologi hingga nilai-nilai sosial. Memahami dinamika ini bukan hanya menarik, tetapi juga krusial untuk membangun jembatan komunikasi antar-generasi di era digital yang serba cepat ini.
Dua generasi yang terbentang jauh ini tumbuh di lanskap yang sama sekali berbeda. Boomer, atau generasi kelahiran tahun 1946-1964, menyaksikan era pasca-perang dengan optimisme, perkembangan industri, dan stabilitas ekonomi yang relatif. Mereka adalah generasi yang tumbuh tanpa internet, dengan televisi sebagai jendela utama dunia, dan telepon rumah sebagai satu-satunya alat komunikasi jarak jauh. Sebaliknya, Gen Z, yang lahir antara tahun 1997-2012, adalah anak-anak asli era digital. Mereka tidak pernah mengenal dunia tanpa internet, tumbuh bersama media sosial, smartphone, dan akses informasi instan di ujung jari. Perbedaan fundamental dalam lingkungan tumbuh kembang inilah yang membentuk cara pandang, kebiasaan, dan ekspektasi mereka terhadap hidup.
Revolusi Digital: Pilar Utama Perbedaan
Perbedaan paling mencolok antara Boomer dan Gen Z tentu saja terletak pada adaptasi dan pemahaman teknologi. Bagi Boomer, teknologi adalah alat bantu yang “nice to have,” seringkali dipandang sebagai sesuatu yang kompleks atau bahkan mengancam. Mereka cenderung lebih nyaman dengan metode tradisional dan proses manual. Ini bukan berarti mereka anti-teknologi, tetapi cara mereka mengadopsi dan memanfaatkannya sangat berbeda. Misalnya, Boomer mungkin menggunakan smartphone untuk panggilan dan pesan teks dasar, sementara Gen Z menggunakannya sebagai ekstensi diri mereka untuk segala hal mulai dari belajar, bekerja, bersosialisasi, hingga hiburan.
Gen Z, di sisi lain, adalah “digital natives.” Mereka lahir di era internet dan tumbuh bersama teknologi yang terus berkembang pesat. Bagi mereka, teknologi bukan sekadar alat, melainkan bagian tak terpisahkan dari identitas dan kehidupan sehari-hari. Kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan teknologi baru sangat cepat, seringkali tanpa perlu instruksi manual. Mereka mahir dalam mencari informasi secara daring, berinteraksi di platform media sosial, dan menciptakan konten digital. Kemampuan multitasking digital dan kecenderungan untuk memproses informasi dalam format visual atau video pendek adalah ciri khas mereka.
Perbedaan ini juga terlihat dalam cara mereka mencari dan mengonsumsi informasi. Boomer cenderung percaya pada berita dari media tradisional seperti televisi atau koran, dan lebih suka informasi yang disajikan secara terstruktur dan mendalam. Gen Z, sebaliknya, beralih ke media sosial, platform video pendek seperti TikTok, atau influencer untuk mendapatkan berita dan informasi. Mereka lebih suka informasi yang ringkas, visual, dan mudah dicerna, meskipun terkadang harus berhati-hati terhadap hoax atau misinformasi yang marak di platform tersebut.
Pandangan Hidup dan Nilai-Nilai Sosial yang Kontras
Selain teknologi, jurang pengalaman hidup Boomer dan Gen Z juga terbentang lebar dalam hal pandangan hidup, nilai-nilai sosial, dan prioritas. Boomer umumnya dibesarkan dalam lingkungan yang mengedepankan stabilitas, kerja keras, dan loyalitas terhadap institusi. Mereka percaya pada jalur karier yang lurus, menabung untuk masa depan, dan memiliki etos kerja yang kuat. Bagi mereka, memiliki rumah sendiri, pekerjaan tetap, dan keluarga adalah definisi kesuksesan. Mereka cenderung lebih konservatif dalam pandangan sosial, menghargai tradisi, dan seringkali memiliki pandangan yang lebih hierarkis terhadap otoritas.
Sebaliknya, Gen Z tumbuh di tengah ketidakpastian ekonomi, perubahan iklim, dan gejolak sosial yang masif. Mereka cenderung lebih pragmatis, realistis, dan sadar akan isu-isu global. Mereka tidak terlalu terpaku pada jalur karier tradisional dan lebih memilih fleksibilitas, keseimbangan kehidupan kerja (work-life balance), dan pekerjaan yang sesuai dengan nilai-nilai pribadi mereka. Kesuksesan bagi Gen Z mungkin bukan hanya tentang materi, tetapi juga tentang dampak sosial, fulfillment pribadi, dan kesehatan mental. Mereka sangat menghargai keberagaman, inklusifitas, dan keadilan sosial, seringkali menjadi garda terdepan dalam gerakan-gerakan sosial daring maupun luring.






