Namun, di era modern, poligami semakin dipertanyakan, terutama dari perspektif kesetaraan gender. Banyak yang menilai praktik ini tidak adil karena sering kali hanya menguntungkan satu pihak dalam hubungan. Beberapa negara telah melarang poligami, sementara yang lain menerapkan aturan yang lebih ketat untuk mengatur praktik ini.
Dalam beberapa kasus, poligami juga dikaitkan dengan eksploitasi ekonomi dan emosional terhadap perempuan. Oleh karena itu, perdebatan tentang poligami bukan hanya soal budaya, tetapi juga hak-hak perempuan dan keadilan dalam hubungan rumah tangga.
5. Sunat Perempuan: Tradisi yang Kini Dikecam
Beberapa budaya memiliki tradisi sunat perempuan yang dilakukan dengan alasan adat, agama, atau kesucian. Praktik ini sudah berlangsung selama ratusan tahun dan dianggap sebagai bagian dari proses pendewasaan perempuan.
Namun, saat ini praktik sunat perempuan mendapatkan kecaman luas karena dianggap sebagai pelanggaran hak asasi manusia. WHO dan berbagai organisasi internasional menentang tradisi ini karena dapat menyebabkan masalah kesehatan serius, trauma psikologis, serta membatasi hak perempuan untuk menentukan nasib mereka sendiri.
Banyak negara telah mengkriminalisasi praktik ini, dan kampanye edukasi tentang bahaya sunat perempuan semakin digalakkan untuk melindungi hak-hak perempuan di seluruh dunia.
6. Ritual Inisiasi yang Berisiko: Antara Warisan Budaya dan Keselamatan
Banyak suku atau komunitas memiliki ritual inisiasi sebagai tanda kedewasaan seseorang. Contohnya, beberapa suku di Afrika dan Amerika Selatan memiliki upacara inisiasi yang melibatkan ujian fisik berat, seperti berjalan di atas bara api, berpuasa dalam waktu lama, atau bahkan praktik yang lebih ekstrem.
Meski dianggap sebagai simbol keberanian dan kedewasaan, banyak yang mulai mempertanyakan dampak fisik dan mental dari ritual-ritual ini. Beberapa komunitas mulai mengganti ritual yang berisiko tinggi dengan upacara yang lebih aman, tanpa menghilangkan makna tradisionalnya.
Mengapa Tradisi Berubah?
Perubahan dalam tradisi tidak terjadi begitu saja. Ada beberapa faktor utama yang menyebabkan pergeseran pandangan terhadap kebiasaan lama, di antaranya:
- Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi: Dengan adanya penelitian dan bukti ilmiah, banyak tradisi yang sebelumnya dianggap normal kini diakui memiliki dampak negatif.
- Kesadaran Hak Asasi Manusia: Semakin banyak masyarakat yang memahami pentingnya hak individu dan kesetaraan, sehingga praktik yang dianggap menindas atau merugikan mulai ditinggalkan.
- Globalisasi dan Media Sosial: Informasi menyebar lebih cepat dari sebelumnya, memungkinkan masyarakat melihat dan membandingkan nilai-nilai dari berbagai budaya.
- Perubahan Gaya Hidup: Generasi muda memiliki cara pandang yang berbeda terhadap kehidupan, yang membuat mereka lebih kritis terhadap tradisi yang dianggap tidak relevan.
Tradisi memang menjadi bagian penting dalam sejarah dan budaya suatu bangsa, tetapi bukan berarti harus dipertahankan selamanya. Perubahan adalah sesuatu yang alami, terutama ketika menyangkut hak, kesejahteraan, dan keadilan bagi setiap individu. Beberapa tradisi mungkin bisa beradaptasi dengan zaman, sementara yang lain harus ditinggalkan demi kemajuan bersama.






