Menurut data Kementerian Kesehatan (2024), sekitar 21,6% anak usia sekolah mengalami kekurangan energi kronik (KEK), dan lebih dari 12% remaja perempuan mengalami anemia akibat kekurangan zat besi. Kondisi ini bisa memengaruhi produktivitas, kecerdasan, dan daya saing generasi muda di masa depan.
Melalui program MBG, pemerintah tidak hanya memberikan makanan gratis, tetapi juga memastikan bahwa makanan yang diberikan mengandung gizi seimbang, meliputi karbohidrat, protein, lemak sehat, vitamin, dan mineral.
Program MBG akan dilaksanakan secara bertahap, diawali di beberapa daerah dengan tingkat kerawanan gizi tinggi, seperti di NTB, NTT, sebagian wilayah Papua, serta beberapa kabupaten di Jawa dan Sumatera. Sasaran utama adalah: Anak-anak sekolah dasar dan menengah, Balita dan ibu hamil.Keluarga prasejahtera
Pola pelaksanaan MBG diatur oleh BGN bersama mitra daerah, termasuk Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, serta desa dan sekolah. Setiap penerima manfaat akan mendapatkan makanan bergizi setiap hari sekolah atau sesuai jadwal yang ditentukan.
Selain pembagian makanan, program ini juga mencakup edukasi gizi, pelatihan pengolahan makanan sehat berbasis bahan lokal, dan pemberdayaan UMKM di sektor pangan.
Program MBG diharapkan mampu menjadi katalis dalam Mengurangi angka stunting dan gizi buruk, Meningkatkan prestasi belajar anak, Membuka lapangan kerja baru di sektor pangan lokal,Mendorong pertumbuhan ekonomi desa, dan Meningkatkan ketahanan pangan berbasis komunitas
Menurut Camat Praya Barat Daya, Husnan, program ini adalah peluang emas bagi masyarakat setempat.
“Kami mendukung penuh pelaksanaan MBG. Ini adalah peluang untuk memperbaiki gizi masyarakat sekaligus memberdayakan ekonomi desa melalui penyediaan bahan makanan lokal,” kata Husnan.
Ia juga berharap masyarakat bisa terlibat aktif dalam proses sosialisasi hingga pelaksanaan program agar manfaatnya bisa dirasakan secara menyeluruh dan berkelanjutan.






