Berita  

Tiga Tokoh NTB Jadi Kandidat Peraih Mi6 Award for Democracy and Humanity.

Anggota DPR RI dari Dapil Pulau Lombok tersebut kata Hendra, mengajarkan kepada semua kita betapa pentingnya kemampuan beradaptasi dalam dunia politik.

“Politik adalah dunia yang terus bergerak. Politisi seperti Om Rachmat yang mampu melewati berbagai era dan generasi hanya membuktikan satu hal. Bahwa ia mampu beradaptasi dengan perubahan zaman, isu, serta kebutuhan masyarakat yang terus berkembang,” ucap Hendra.

Dia menegaskan, Rachmat Hidayat adalah politisi yang konsisten merawat keberagaman di Bumi Gora. Di tengah godaan politik identitas yang seringkali eksploitatif, Rachmat Hidayat dinilainya tetap berdiri teguh pada prinsip toleransi, kebhinekaan, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Ini kata Hendra menunjukkan bagaimana Rachmat Hidayat jauh lebih mementingkan keberanian moral, alih-alih strategi elektoral.

Menurutnya, dari politisi yang merawat keberagaman seperti Rachmat Hidayat, masyarakat NTB belajar tentang keberanian untuk merangkul, kebijaksanaan dalam bertindak, dan ketulusan untuk melayani semua tanpa kecuali.

“Rachmat Hidayat hadir bukan hanya sebagai wakil rakyat. Tetapi juga sebagai penjahit keberagaman yang terus memastikan Bumi Gora tetap utuh dalam harmoni perbedaan,” ucap Hendra.

Sementara itu, kemuculan nama M Fihiruddin, kata Didu kembali menambahkan, lantaran Komite Penghargaan menempatkan aktivis muda NTB tersebut layak menjadi simbol keberanian generasi baru yang tidak hanya kritis, tetapi juga konsisten dan siap menanggung risiko nyata demi perubahan. Apalagi di tengah dunia yang sering kali dipenuhi kompromi dan kepentingan pribadi.

Fihiruddin adalah aktivis yang konsisten bersuara lantang, aktivis yang menolak tunduk pada ketidakadilan, bahkan saat ancaman datang. Fihir kata Didu, menjadi pengingat bahwa keberanian tidak mengenal usia, dan kebebasan berpikir adalah hak yang layak diperjuangkan, bahkan dalam risiko.

Masuk penjara karena membela kebenaran, menunjukkan bagaimana keberanian luar biasa sosok Fihiruddin untuk melawan sistem yang menindas. Hal itu kata Didu, mengajarkan bahwa diam terhadap ketidakadilan adalah bentuk persetujuan, dan keberanian kadang harus dibayar mahal.

Tentu, kata Didu, Komite Penghargaan kini masih terus akan bekerja untuk menghimpun tokoh-tokoh lain di Bumi Gora yang akan mendapatkan “Award Democracy for Hummanity”. Didu menyebutkan, Malam Anugerah “Award Democracy for Hummanity” akan digelar bertepatan dengan perayaan hari jadi Mi6 ke-13.

”Penghargaan ini tentu bukan semata bentuk apresiasi. Tapi penegasan bahwa perjuangan untuk demokrasi dan kemanusiaan tidak pernah sia-sia. Kami tahu, mereka yang menjaga kemanusiaan tidak pernah meminta panggung. Tapi lewat penghargaan ini, kita memberi mereka cahaya agar kita semua belajar dari keteladanan mereka,” tutup Didu. ( Red )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *