Gaji Gede Tapi Nggak Punya Dana Darurat? Gila Nggak Sih!

Gaji Gede Tapi Nggak Punya Dana Darurat? Gila Nggak Sih!
Gaji Gede Tapi Nggak Punya Dana Darurat? Gila Nggak Sih! (www.freepik.com)

lombokprime.com – Pernahkah kamu bertanya-tanya, kenapa ya orang yang penghasilannya tinggi kadang justru sering tidak punya dana darurat? Mungkin terdengar aneh, tapi fenomena ini bukan isapan jempol belaka. Padahal, punya dana darurat itu ibarat punya jaring pengaman saat hidup lagi salto tak terduga. Entah itu tiba-tiba di-PHK, sakit mendadak yang butuh biaya besar, atau mobil kesayangan mogok di tengah jalan, dana darurat bisa jadi penyelamat sejati. Namun, ironisnya, banyak individu dengan gaji fantastis yang justru kesulitan membangun atau mempertahankan bantalan keuangan ini. Yuk, kita bedah lebih dalam kenapa hal ini bisa terjadi dan bagaimana kita bisa menghindarinya.

Jebakan Gaya Hidup Konsumtif: Semakin Tinggi Gaji, Semakin Besar Godaan

Salah satu alasan paling umum mengapa orang berpenghasilan tinggi sering tidak punya dana darurat adalah jebakan gaya hidup konsumtif. Ketika pendapatan meningkat, seringkali diikuti dengan peningkatan standar hidup. Apa yang dulu dianggap mewah, kini jadi kebutuhan. Mulai dari tinggal di apartemen mewah, mobil keluaran terbaru, liburan ke luar negeri setiap tahun, hingga makan di restoran mahal setiap akhir pekan.

Fenomena ini sering disebut dengan lifestyle inflation atau inflasi gaya hidup. Tanpa disadari, pengeluaran ikut meroket seiring dengan pendapatan. Akibatnya, meskipun gaji yang masuk ke rekening jauh lebih besar, porsi untuk menabung atau mengalokasikan ke dana darurat justru tetap minim, atau bahkan tidak ada sama sekali. Lingkaran setan ini membuat seseorang merasa “kaya” di atas kertas, tapi sebenarnya sangat rentan terhadap guncangan finansial. Mereka mungkin memiliki aset mewah, tapi likuiditas (kemampuan untuk mengubah aset menjadi uang tunai dengan cepat) mereka sangat rendah.

Kurangnya Literasi Keuangan dan Perencanaan yang Matang

Meskipun memiliki pendidikan tinggi dan karier cemerlang, tidak semua orang memiliki literasi keuangan yang baik. Banyak yang merasa bahwa dengan gaji besar, masalah keuangan akan otomatis beres. Padahal, mengelola keuangan, terlepas dari besar kecilnya pendapatan, membutuhkan pemahaman dan strategi yang tepat.

Tanpa perencanaan keuangan yang matang, uang bisa menguap begitu saja. Seringkali, mereka yang berpenghasilan tinggi terlalu fokus pada pendapatan dan kurang memperhatikan pengeluaran serta alokasi dana untuk masa depan. Mereka mungkin tidak memiliki anggaran, tidak membedakan antara kebutuhan dan keinginan, atau bahkan tidak tahu persis berapa yang harus disisihkan untuk dana darurat. Kurangnya kesadaran akan pentingnya dana darurat sebagai prioritas utama dalam perencanaan keuangan bisa jadi bumerang di kemudian hari.

Perasaan Aman yang Semu: “Gaji Gue Kan Gede, Nanti Juga Ada Lagi”

Perasaan aman yang semu juga sering menghinggapi orang berpenghasilan tinggi. Mereka merasa bahwa karena penghasilan mereka stabil dan besar, jika terjadi sesuatu, mereka akan selalu bisa mengatasinya. Pikiran seperti “Gaji gue kan gede, nanti juga ada lagi,” atau “Gue bisa kok cari utangan kalau butuh,” sering kali membuat mereka menunda atau bahkan mengabaikan pentingnya dana darurat.

Padahal, dalam hidup ini, tidak ada yang bisa menjamin stabilitas 100%. Situasi tak terduga bisa datang kapan saja, tanpa pandang bulu, bahkan bagi mereka yang berada di puncak karier. Bisnis bisa bangkrut, ada restrukturisasi perusahaan, atau tiba-tiba harus menghadapi biaya kesehatan yang tak terduga. Saat itulah, ketiadaan dana darurat bisa menjadi mimpi buruk, mengubah “perasaan aman” yang semu itu menjadi kecemasan yang nyata.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *