lombokprime.com – Pernahkah Anda merasa uang selalu kurang, meskipun gaji sudah naik atau bisnis sedang ramai? Kebiasaan finansial buruk bisa jadi penyebab utama mengapa Anda merasa seperti ini. Tanpa disadari, ada pola perilaku keuangan yang menjebak kita dalam lingkaran kekurangan. Yuk, kita bedah satu per satu 7 kebiasaan finansial yang seringkali jadi biang kerok masalah keuangan, dan bagaimana cara cerdas untuk mengatasinya.
1. Gampang Tergoda Diskon dan Promo: “Mumpung Murah!”
Siapa yang tidak suka diskon? Rasanya seperti menang lotre kalau bisa dapat barang incaran dengan harga miring. Tapi, hati-hati, kebiasaan ini bisa jadi jebakan Batman! Seringkali, kita membeli barang hanya karena diskonnya menggiurkan, bukan karena kita benar-benar membutuhkannya. Akibatnya? Lemari penuh barang yang jarang dipakai, sementara dompet makin tipis.
Solusinya: Bedakan antara “butuh” dan “ingin”. Sebelum kalap lihat diskon, tanya pada diri sendiri: “Apakah barang ini memang saya butuhkan?”, bukan “Apakah saya menginginkan barang ini?”. Buat daftar belanja sebelum pergi shopping, dan fokus hanya pada daftar tersebut. Ingat, hemat bukan berarti membeli semua barang diskon, tapi membeli barang yang tepat dengan harga yang wajar.
2. “Nanti Saja” Menabung dan Investasi: Menunda Masa Depan
“Ah, nanti saja deh nabung kalau gaji sudah lebih besar,” atau “Investasi itu ribet, nanti saja kalau sudah ada waktu luang.” Kalimat-kalimat ini terdengar familiar? Menunda menabung dan investasi adalah kebiasaan buruk yang dampaknya baru terasa di kemudian hari. Padahal, waktu adalah aset terpenting dalam investasi. Semakin cepat Anda mulai, semakin besar potensi keuntungan yang bisa Anda raih berkat compounding effect.
Solusinya: Mulai dari sekarang, sekecil apapun. Tidak perlu menunggu gaji besar atau waktu luang. Sisihkan sebagian kecil dari pendapatan Anda untuk menabung dan berinvestasi, bahkan mulai dari 1% saja. Otomatiskan transfer dana ke rekening tabungan atau investasi setiap bulan agar lebih disiplin. Pelajari instrumen investasi yang sesuai dengan profil risiko Anda, dan jangan takut untuk memulai. Ingat, investasi bukan hanya untuk orang kaya, tapi untuk semua orang yang peduli dengan masa depan finansialnya.
3. Gaya Hidup FOMO (Fear of Missing Out): Ikut-ikutan Biar Kekinian
Media sosial memang seru, tapi juga bisa jadi racun kalau kita tidak bijak menggunakannya. Melihat teman-teman liburan ke luar negeri, makan di restoran mewah, atau update gadget terbaru, seringkali memicu perasaan FOMO (Fear of Missing Out). Akibatnya, kita jadi ikut-ikutan menghabiskan uang untuk hal-hal yang sebenarnya tidak penting, hanya demi terlihat kekinian dan tidak ketinggalan zaman.
Solusinya: Fokus pada tujuan finansial pribadi, bukan validasi media sosial. Ingat, media sosial hanya menampilkan highlight kehidupan orang lain, bukan keseluruhan cerita. Jangan bandingkan diri Anda dengan orang lain, karena setiap orang punya kondisi finansial dan prioritas yang berbeda. Tetapkan tujuan finansial yang jelas, dan prioritaskan pengeluaran untuk hal-hal yang benar-benar penting dan mendukung tujuan Anda. Kurangi waktu di media sosial jika memang membuat Anda merasa insecure dan boros.
4. Tidak Punya Anggaran Keuangan: “Yang Penting Cukup Bulan Ini”
Mengalir seperti air, tanpa rencana yang jelas. Begitulah gambaran orang yang tidak punya anggaran keuangan. Mereka cenderung menghabiskan uang tanpa kendali, dan baru sadar kehabisan uang di akhir bulan. Tanpa anggaran, sulit untuk melacak ke mana uang Anda pergi, dan area mana yang bisa dihemat.
Solusinya: Buat anggaran keuangan bulanan. Catat semua pemasukan dan pengeluaran Anda. Identifikasi pos-pos pengeluaran yang bisa dikurangi. Alokasikan dana untuk kebutuhan pokok, tabungan, investasi, dan hiburan secara proporsional. Ada banyak aplikasi budgeting yang bisa membantu Anda membuat dan mengelola anggaran keuangan dengan mudah. Dengan anggaran, Anda jadi lebih sadar ke mana uang Anda pergi, dan bisa mengambil kendali penuh atas keuangan Anda.






