Hidup Hanya Demi Pujian dan Validasi, Bahagianya di Mana?

Hidup Hanya Demi Pujian dan Validasi, Bahagianya di Mana?
Hidup Hanya Demi Pujian dan Validasi, Bahagianya di Mana? (www.freepik.com)

lombokprime.com – Di era media sosial yang serba cepat ini, tak jarang kita melihat atau bahkan secara tidak sadar ikut berkompetisi untuk menunjukkan sisi terbaik diri, seolah-olah validasi eksternal adalah mata uang utama kebahagiaan. Rasanya, ada dorongan tak terlihat yang terus membisikkan, “Tunjukkan! Buktikan! Raihlah pujian!” Padahal, jauh di lubuk hati, seringkali kita tahu bahwa pengejaran tanpa henti ini justru membuat kita lelah dan hampa. Mengapa ya, kita begitu haus akan validasi orang lain, dan bagaimana jika sebenarnya kesederhanaan jauh lebih mengena dan memberikan kebahagiaan yang otentik?

Jerat Gengsi: Kenapa Kita Terus Mengejar Pengakuan?

Kita semua, pada dasarnya, memiliki kebutuhan untuk diakui dan dihargai. Itu adalah bagian alami dari menjadi manusia. Namun, di dunia yang serba terkoneksi ini, kebutuhan dasar itu seringkali bermetamorfosis menjadi keinginan kompulsif untuk memamerkan gaya hidup, pencapaian, atau bahkan barang-barang mewah. Kita merasa harus tampil sempurna di setiap kesempatan, dari pilihan baju, tempat makan, hingga destinasi liburan. Seolah, nilai diri kita ditentukan oleh seberapa banyak “likes” atau komentar pujian yang kita dapatkan.

Salah satu pemicu utama fenomena ini adalah perbandingan sosial. Kita terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain yang terlihat “lebih sukses,” “lebih bahagia,” atau “lebih kaya” di linimasa media sosial. Padahal, yang kita lihat hanyalah potongan-potongan kecil dari kehidupan mereka yang sudah melewati proses kurasi dan editing ketat. Kita lupa bahwa di balik sorotan itu, setiap orang memiliki perjuangan dan ketidaksempurnaan yang tak terlihat. Dorongan untuk menyamai atau bahkan melampaui standar ilusi inilah yang kemudian memicu lingkaran gengsi yang tak ada habisnya.

Biaya Tersembunyi dari Pengejaran Gengsi

Mengejar gengsi demi pengakuan bukanlah tanpa biaya. Justru, ada banyak sekali kerugian tersembunyi yang mungkin tidak kita sadari pada awalnya. Salah satunya adalah tekanan mental dan stres yang berkepanjangan. Bayangkan betapa melelahkannya harus terus menjaga citra sempurna, selalu berusaha memenuhi ekspektasi orang lain, dan merasa cemas jika tidak mendapatkan pujian. Pikiran kita terus berputar pada “apa kata orang?” daripada fokus pada apa yang sebenarnya membuat kita bahagia dan nyaman.

Selain itu, gengsi juga bisa menguras energi dan sumber daya finansial. Kita mungkin merasa terpaksa membeli barang-barang mahal yang sebenarnya tidak kita butuhkan, atau memaksakan diri untuk pergi ke tempat-tempat instagrammable hanya demi konten. Uang yang seharusnya bisa dialokasikan untuk kebutuhan yang lebih esensial, pengembangan diri, atau bahkan menabung untuk masa depan, justru habis untuk memenuhi tuntutan citra semu. Akibatnya, alih-alih merasa puas, kita justru terjerumus dalam siklus hutang atau merasa terus-menerus kekurangan.

Ilusi Kebahagiaan: Mengapa Pengakuan Eksternal Tidak Cukup?

Pada akhirnya, pengejaran pengakuan eksternal seringkali berujung pada ilusi kebahagiaan. Pujian dan sanjungan memang terasa manis pada awalnya, tapi efeknya tidak bertahan lama. Sama seperti efek “sugar rush” setelah makan makanan manis, setelah euforia sesaat, kita akan kembali merasa kosong dan haus akan “dosis” pengakuan berikutnya. Ini karena kebahagiaan sejati tidak bisa dibangun di atas fondasi yang rapuh seperti opini orang lain.

Nilai diri yang sejati berasal dari dalam, bukan dari luar. Ketika kita terus mencari validasi dari orang lain, kita sebenarnya menyerahkan kendali atas kebahagiaan kita kepada mereka. Apa yang terjadi jika orang lain tidak memberikan pujian yang kita harapkan? Apa yang terjadi jika citra yang kita bangun tiba-tiba runtuh? Kita akan merasa hancur dan tidak berharga. Ini menunjukkan bahwa fokus pada pengakuan eksternal justru menjauhkan kita dari kebahagiaan yang berkelanjutan dan otentik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *