Karier  

Boomer Kaku, Milenial Manja? Inilah Sisi Lain Milenial

Boomer Kaku, Milenial Manja? Inilah Sisi Lain Milenial
Boomer Kaku, Milenial Manja? Inilah Sisi Lain Milenial (www.freepik.com)

lombokprime.com – Pertanyaan tentang siapa yang lebih fleksibel di dunia kerja antara generasi Boomer dan Milenial seringkali menjadi topik perdebatan hangat, memicu stereotip dan kesalahpahaman di berbagai lingkungan profesional. Seolah ada jurang pemisah yang dalam antara dua generasi ini, di mana Boomer dicap kaku dan Milenial dianggap terlalu menuntut. Namun, apakah benar demikian? Mari kita selami lebih dalam dinamika fleksibilitas kerja dari kacamata kedua generasi ini, tanpa terjebak dalam generalisasi yang sempit.

Memahami Fleksibilitas dari Dua Sudut Pandang Berbeda

Fleksibilitas kerja bukanlah konsep tunggal yang bisa diukur dengan satu alat ukur. Bagi Boomer, yang tumbuh di era di mana loyalitas pada satu perusahaan dan jam kerja konvensional adalah norma, fleksibilitas mungkin berarti kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan prosedur atau teknologi baru yang diperkenalkan di tempat kerja. Mereka terbiasa dengan struktur dan hirarki yang jelas, serta kemapanan yang dijanjikan oleh karir jangka panjang. Berangkat pagi, pulang sore, bekerja di kantor fisik, adalah gambaran ideal yang seringkali melekat pada definisi kerja keras bagi generasi ini. Mereka melihat dedikasi melalui kehadiran fisik dan jam kerja yang panjang.

Sebaliknya, bagi Milenial, yang lahir dan besar di tengah derasnya arus informasi dan teknologi digital, fleksibilitas memiliki makna yang lebih luas. Fleksibilitas bagi mereka bisa berarti kemampuan untuk bekerja dari mana saja (remote work), memiliki jadwal yang bisa disesuaikan (fleksibel jam kerja), atau bahkan mampu beralih karier dan industri dengan relatif mudah. Mereka menghargai keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional (work-life balance) sebagai prioritas utama, dan melihat teknologi sebagai enabler yang memungkinkan mereka mencapai fleksibilitas tersebut. Lingkungan kerja yang kolaboratif, transparan, dan tidak terlalu formal seringkali menjadi daya tarik bagi Milenial.

Fleksibilitas dalam Adaptasi Teknologi

Perkembangan teknologi menjadi salah satu arena di mana perbedaan pandangan tentang fleksibilitas ini sangat kentara. Boomer, yang tidak tumbuh dengan internet dan perangkat digital, mungkin memerlukan waktu lebih lama untuk menguasai tools kolaborasi online, aplikasi manajemen proyek, atau platform komunikasi virtual. Namun, bukan berarti mereka tidak fleksibel. Banyak Boomer yang menunjukkan kemauan luar biasa untuk belajar dan beradaptasi, bahkan menjadi advokat teknologi di tempat kerja mereka. Ketekunan mereka dalam menguasai hal baru seringkali luput dari perhatian, namun patut diacungi jempol. Mereka mungkin tidak secepat Milenial dalam mengadopsi, tetapi begitu mereka memahami manfaatnya, mereka bisa menjadi pengguna yang sangat konsisten dan andal.

Di sisi lain, Milenial secara inheren lebih akrab dengan teknologi. Mereka tumbuh dengan smartphone di genggaman dan internet sebagai sumber informasi utama. Ini membuat mereka sangat cepat dalam mengadopsi teknologi baru dan memanfaatkan fitur-fitur canggih untuk meningkatkan produktivitas. Fleksibilitas mereka dalam berpindah antar platform, mengintegrasikan berbagai aplikasi, dan berinovasi dengan alat digital adalah sebuah keunggulan. Namun, terkadang kecepatan ini bisa membuat mereka kurang sabar terhadap proses adaptasi yang lebih lambat dari generasi lain. Tantangan bagi Milenial adalah memastikan bahwa kecepatan adopsi teknologi mereka juga diiringi dengan pemahaman yang mendalam tentang tujuan dan dampaknya.

Fleksibilitas dalam Gaya Kerja dan Lingkungan

Gaya kerja juga menjadi indikator fleksibilitas yang menarik. Boomer cenderung lebih nyaman dengan struktur hierarkis dan alur kerja yang terdefinisi dengan baik. Fleksibilitas bagi mereka mungkin terwujud dalam kemampuan untuk mengambil inisiatif dalam kerangka kerja yang ada atau menemukan cara yang lebih efisien untuk menyelesaikan tugas-tugas rutin. Mereka seringkali memiliki etos kerja yang kuat, mengutamakan penyelesaian tugas dan tanggung jawab. Lingkungan kantor yang stabil dan terprediksi adalah sesuatu yang mereka hargai.

Milenial, di sisi lain, cenderung mencari lingkungan kerja yang lebih dinamis dan kolaboratif. Mereka menghargai kesempatan untuk memberikan masukan, berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, dan memiliki otonomi yang lebih besar atas pekerjaan mereka. Fleksibilitas bagi mereka juga mencakup kemampuan untuk bekerja secara mandiri atau dalam tim virtual, berpartisipasi dalam proyek-proyek lintas fungsi, dan mengeksplorasi berbagai peran. Mereka cenderung lebih terbuka terhadap perubahan peran dan tanggung jawab, dan seringkali mencari tantangan baru yang dapat mengembangkan keahlian mereka. Konsep “work from anywhere” adalah impian yang menjadi kenyataan bagi banyak Milenial, dan kemampuan perusahaan untuk menyediakannya adalah tolok ukur fleksibilitas di mata mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *