Karier  

Quiet Quitting Itu Bukan Malas, Tapi Teriakan yang Tak Didengar

Quiet Quitting Itu Bukan Malas, Tapi Teriakan yang Tak Didengar
Quiet Quitting Itu Bukan Malas, Tapi Teriakan yang Tak Didengar (www.freepik.com)

2. Untuk Perusahaan dan Pemimpin: Menciptakan Lingkungan yang Memberdayakan

Bagi para pemimpin dan perusahaan, fenomena quiet quitting adalah panggilan untuk introspeksi dan perubahan. Ini adalah kesempatan untuk membangun kembali kepercayaan dan komitmen karyawan.

Membangun Budaya Apresiasi dan Pengakuan

Ciptakan budaya di mana apresiasi dan pengakuan adalah hal yang rutin. Berikan feedback positif secara teratur, berikan insentif yang adil, dan rayakan setiap keberhasilan, besar maupun kecil. Karyawan yang merasa dihargai akan lebih termotivasi untuk memberikan yang terbaik.

Mendorong Komunikasi Dua Arah yang Efektif

Buka saluran komunikasi yang memungkinkan karyawan untuk menyampaikan ide, keluhan, atau kekhawatiran mereka tanpa takut dihakimi. Lakukan survei kepuasan karyawan secara berkala, adakan forum diskusi terbuka, dan pastikan setiap masukan ditindaklanjuti dengan serius.

Menawarkan Fleksibilitas dan Keseimbangan Kerja

Pertimbangkan untuk menerapkan kebijakan kerja yang lebih fleksibel, seperti jam kerja yang fleksibel atau opsi kerja hybrid/ remote (jika memungkinkan). Ini menunjukkan bahwa perusahaan peduli terhadap kesejahteraan karyawan dan menghargai keseimbangan hidup mereka.

Mengembangkan Peluang Karier dan Pengembangan

Sediakan program pelatihan dan pengembangan yang jelas yang memungkinkan karyawan untuk meningkatkan keterampilan mereka dan maju dalam karier. Tunjukkan jalur karier yang potensial dan berikan bimbingan yang dibutuhkan. Karyawan yang merasa memiliki masa depan di perusahaan akan lebih berkomitmen.

Mengatasi Beban Kerja yang Berlebihan

Lakukan audit beban kerja secara berkala dan pastikan bahwa tugas didistribusikan secara adil dan realistis. Hindari penumpukan tugas pada satu atau dua karyawan saja. Jika diperlukan, pertimbangkan untuk menambah sumber daya atau merestrukturisasi tim.

Fokus pada Kesejahteraan Karyawan (Employee Well-being)

Investasikan dalam program kesejahteraan karyawan yang meliputi dukungan kesehatan mental, konseling, atau aktivitas yang mendukung gaya hidup sehat. Ketika karyawan merasa perusahaan peduli terhadap kesejahteraan mereka, mereka akan lebih loyal dan produktif.

Untuk Masa Depan Dunia Kerja

Quiet quitting adalah cerminan dari pergeseran nilai dalam dunia kerja. Generasi muda, khususnya, semakin memprioritaskan keseimbangan hidup, makna dalam pekerjaan, dan lingkungan yang mendukung kesehatan mental mereka. Ini bukan lagi tentang sekadar bekerja keras untuk mendapatkan uang, tetapi tentang menemukan tujuan dan kebahagiaan dalam setiap aspek kehidupan, termasuk pekerjaan.

Sebagai individu, kita memiliki kekuatan untuk membentuk perjalanan karier kita sendiri. Memahami batasan diri, mengkomunikasikan kebutuhan, dan mencari lingkungan yang sesuai adalah langkah penting untuk menghindari jebakan quiet quitting yang merugikan.

Bagi perusahaan, ini adalah saatnya untuk beradaptasi. Organisasi yang akan berkembang di masa depan adalah mereka yang mampu menciptakan budaya kerja yang memberdayakan, menghargai, dan mendukung kesejahteraan karyawan. Dengan begitu, fenomena “berhenti tanpa keluar” dapat diatasi, dan digantikan oleh budaya di mana karyawan merasa dihargai, termotivasi, dan dengan bangga memberikan kontribusi terbaik mereka. Mari bersama-sama membangun masa depan kerja yang lebih seimbang, produktif, dan manusiawi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *