Lombokprime.com – Gaya hidup mewah yang dulu menjadi simbol status kelas menengah, kini terasa semakin biasa saja seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman. Dulu, memiliki beberapa hal tertentu bisa membuat kita merasa “sampai” atau berhasil, namun sekarang, pandangan tersebut telah bergeser. Mari kita telusuri 10 hal yang dulunya merupakan penanda kesuksesan, namun kini telah kehilangan kilau dan maknanya sebagai simbol status.
Pergeseran Definisi “Mewah”: Dulu VS Sekarang
Setiap generasi memiliki tolok ukur kesuksesannya sendiri. Apa yang dianggap mewah di era 80-an, tentu berbeda dengan era milenial, apalagi Gen Z. Dulu, mungkin memiliki telepon rumah dengan banyak ekstensi saja sudah wow. Sekarang? Ponsel pintar terbaru dengan segudang fitur canggih pun rasanya sudah jadi kebutuhan primer, bukan lagi barang mewah. Pergeseran ini bukan hanya tentang teknologi, tapi juga tentang nilai-nilai dan prioritas hidup. Kita hidup di era di mana informasi begitu mudah diakses, tren bergerak sangat cepat, dan batas antara “ingin” dan “butuh” semakin kabur.
Mobil Sedan Mewah: Bukan Lagi Penanda Utama
Dulu, memiliki mobil sedan mewah adalah impian banyak orang. Merek-merek Eropa dengan emblem tiga bintang atau empat cincin di kap mesin, atau mobil Jepang dengan logo “L” di depannya, langsung diasosiasikan dengan kesuksesan dan kemapanan. Orang akan menoleh ketika sedan mewah melintas. Mengendarainya ke kantor atau acara sosial adalah deklarasi nyata bahwa Anda telah mencapai level tertentu dalam hidup.
Namun kini, pemandangan mobil sedan mewah di jalanan sudah sangat lumrah. Pilihan model semakin beragam, termasuk mobil listrik yang menawarkan performa dan fitur setara, bahkan lebih baik. Banyak generasi muda justru lebih tertarik pada SUV (Sport Utility Vehicle) yang lebih fungsibel, atau bahkan mobil listrik yang ramah lingkungan dan menawarkan performa instan. Pergeseran preferensi ini membuat sedan mewah kehilangan daya pikatnya sebagai simbol status eksklusif. Fungsinya lebih kepada kenyamanan dan performa, bukan lagi untuk sekadar pamer kekayaan.
Rumah Besar di Pinggir Kota: Keseimbangan Hidup Lebih Berharga
Mimpi memiliki rumah besar di pinggir kota dengan halaman luas adalah standar kesuksesan keluarga di masa lalu. Anggapan bahwa semakin besar rumah, semakin mapan kehidupan Anda, sangat melekat. Rumah dengan banyak kamar, taman, dan garasi dua mobil adalah cerminan dari keluarga yang sejahtera.
Namun, realitas hidup di kota besar telah mengubah pandangan ini. Kemacetan, waktu tempuh yang panjang, dan biaya perawatan yang tinggi membuat banyak orang mempertimbangkan ulang. Generasi kini justru lebih memilih hunian yang lebih kecil namun strategis, dekat dengan tempat kerja, fasilitas umum, dan pusat hiburan. Prioritas bergeser ke keseimbangan hidup (work-life balance), efisiensi, dan kualitas hidup, bukan lagi sekadar luasnya hunian. Apartemen modern di pusat kota, dengan akses mudah ke transportasi publik dan fasilitas perkotaan, kini seringkali dianggap lebih prestisius dan praktis dibanding rumah tapak besar yang jauh.
Liburan ke Luar Negeri Setahun Sekali: Wisata Petualangan Lebih Diminati
Dulu, liburan ke luar negeri setahun sekali adalah pencapaian yang membanggakan. Momen memamerkan paspor penuh stempel dan foto di depan menara Eiffel atau Piramida Giza adalah ritual wajib setelah pulang. Ini menandakan kemampuan finansial dan waktu luang untuk menjelajahi dunia.
Sekarang, bepergian ke luar negeri sudah jauh lebih mudah dan terjangkau. Banyak promo tiket pesawat, akomodasi, dan paket tur yang bersahabat di kantong. Konsep “liburan mewah” kini lebih bergeser ke wisata petualangan, pengalaman unik, atau retreat yang fokus pada wellness. Menjelajahi alam terpencil, mendaki gunung, atau merasakan budaya lokal yang autentik di pelosok negeri kini lebih diidamkan dibanding sekadar berfoto di destinasi populer yang ramai turis. Pengalaman yang berkesan dan berbeda menjadi nilai utama, bukan lagi sekadar destinasi.






