Mitos 3: “Setelah Menikah, Cinta Akan Terjaga dengan Sendirinya”
Ini adalah mitos yang seringkali menghancurkan banyak rumah tangga. Pernikahan bukanlah “finish line” di mana cinta otomatis abadi dan tidak perlu usaha lagi. Justru sebaliknya, pernikahan adalah titik awal dari sebuah perjalanan panjang yang membutuhkan usaha terus-menerus. Faktanya, cinta butuh usaha—komunikasi, waktu berkualitas, dan komitmen untuk terus tumbuh bersama.
Bayangkan sebuah taman. Jika kamu ingin taman itu indah dan subur, kamu harus terus menyiramnya, memupuknya, memangkas rumput liarnya, dan melindunginya dari hama. Jika kamu membiarkannya begitu saja, perlahan-lahan taman itu akan layu dan gersang. Begitu pula dengan cinta dalam pernikahan. Banyak pasangan yang terjebak rutinitas, sibuk dengan pekerjaan, anak-anak, atau urusan rumah tangga lainnya, hingga lupa memupuk intimasinya. Mereka lupa untuk berkencan, lupa untuk berkomunikasi secara mendalam, dan lupa untuk menunjukkan apresiasi satu sama lain.
Cinta itu seperti otot. Semakin sering dilatih, semakin kuat. Semakin diabaikan, semakin lemah. Lakukan hal-hal kecil yang menunjukkan bahwa kamu peduli: mendengarkan dengan sepenuh hati, memberikan kejutan kecil, menghabiskan waktu berkualitas bersama tanpa gangguan gadget, atau sekadar mengucapkan “Aku mencintaimu” setiap hari. Komunikasi yang jujur dan terbuka adalah kunci utama untuk menjaga api cinta tetap menyala. Bicarakan tentang perasaanmu, harapanmu, dan ketakutanmu. Jangan biarkan asumsi dan kesalahpahaman menumpuk. Ingat, cinta itu adalah sebuah pilihan yang harus kamu lakukan setiap hari.
Mitos 4: “Pernikahan yang Baik Harus Memenuhi Standar Sosial Media”
Dunia digital saat ini penuh dengan “highlight reel” kehidupan orang lain. Feed Instagram, status Facebook, atau video TikTok seringkali menampilkan pasangan yang terlihat sempurna, berlibur ke tempat eksotis, atau saling memberikan hadiah mewah. Foto-foto bahagia di Instagram dan media sosial lainnya bisa menciptakan ilusi bahwa pernikahan orang lain selalu sempurna dan tanpa cela. Faktanya, setiap hubungan punya pasang surutnya sendiri.
Apa yang kamu lihat di media sosial hanyalah sebagian kecil dari realitas. Orang-orang cenderung hanya membagikan momen terbaik dan paling membahagiakan mereka. Mereka tidak akan memposting saat mereka bertengkar, saat mereka merasa lelah, atau saat mereka menghadapi masalah finansial. Membandingkan pernikahanmu dengan “highlight reel” orang lain hanya akan menimbulkan tekanan tidak perlu, perasaan tidak cukup, dan kecemburuan. Kamu mungkin akan berpikir, “Kenapa pernikahan kami tidak sebahagia mereka?” atau “Kenapa pasangan saya tidak romantis seperti itu?”
Ingatlah bahwa setiap hubungan adalah unik. Jangan biarkan tekanan dari media sosial mendikte bagaimana pernikahanmu seharusnya terlihat. Fokus pada kualitas hubunganmu sendiri, apa yang membuatmu dan pasangan bahagia, dan apa yang benar-benar penting bagi kalian berdua. Bangun kebahagiaanmu sendiri, bukan kebahagiaan yang terinspirasi dari orang lain. Kurangi waktu scrolling media sosial jika itu membuatmu merasa rendah diri, dan luangkan waktu itu untuk membangun koneksi yang lebih dalam dengan pasanganmu di dunia nyata.
Mitos 5: “Jika Sudah Menikah, Semua Kebutuhan Akan Terpenuhi”
Mitos ini seringkali menjadi akar kekecewaan yang mendalam dalam pernikahan. Beberapa orang menikah dengan harapan bahwa pasangan akan menjadi segalanya bagi mereka: memenuhi semua kebutuhan emosional, finansial, bahkan spiritual mereka. Ini adalah beban yang terlalu besar untuk satu orang. Faktanya, setiap individu tetap butuh hubungan sosial, hobi, dan pengembangan diri di luar pernikahan.
Pasanganmu bukanlah superhero yang bisa memenuhi setiap keinginan dan kebutuhanmu. Sama seperti kamu, mereka juga memiliki keterbatasan dan kebutuhan pribadi. Menggantungkan semua kebutuhanmu pada pasangan hanya akan menciptakan ketergantungan yang tidak sehat dan bisa membebani hubungan. Kamu mungkin akan merasa kecewa jika pasangan tidak bisa memenuhi semua ekspektasimu, padahal ekspektasi itu sendiri tidak realistis.
Penting untuk diingat bahwa pernikahan adalah kemitraan antara dua individu yang utuh, bukan dua individu yang saling melengkapi kekurangan satu sama lain. Teruslah berinvestasi pada dirimu sendiri. Pertahankan pertemananmu, kejar hobimu, lanjutkan pendidikanmu, atau eksplorasi minat baru. Memiliki identitas dan kehidupan di luar pernikahan akan membuatmu menjadi pribadi yang lebih menarik dan seimbang, yang pada akhirnya akan memperkaya hubunganmu. Ketika kamu bahagia dan terpenuhi sebagai individu, kamu akan membawa energi positif itu ke dalam pernikahanmu.






