Apa yang Dihargai Gen Z, Bikin Baby Boomer Nangis

Apa yang Dihargai Gen Z, Bikin Baby Boomer Nangis
Apa yang Dihargai Gen Z, Bikin Baby Boomer Nangis (www.freepik.com)

Generasi Z: Otentisitas, Kemanusiaan, dan Dampak Sosial

Generasi Z, lahir antara akhir 1990-an hingga awal 2010-an, adalah “digital natives” sejati. Mereka tidak pernah mengenal dunia tanpa internet, media sosial, dan ponsel pintar. Mereka tumbuh di tengah isu-isu global seperti perubahan iklim, ketidakadilan sosial, dan ketidakpastian ekonomi. Hal ini membentuk mereka menjadi generasi yang sadar sosial, otentik, dan mencari dampak.

Bagi Gen Z, kemewahan adalah tentang otentisitas, keberlanjutan, dan kemampuan untuk membuat perbedaan. Mereka cenderung lebih memilih merek yang selaras dengan nilai-nilai mereka, mendukung bisnis kecil, dan peduli terhadap isu-isu lingkungan. Mereka juga lebih fokus pada kesehatan mental, self-care, dan menemukan makna dalam pekerjaan mereka. Kemampuan untuk bekerja secara fleksibel, memiliki side hustle, dan menciptakan konten digital adalah bentuk kemewahan modern bagi mereka. Kebebasan finansial bagi Gen Z mungkin berarti memiliki cukup uang untuk mengejar passion mereka dan tidak terjebak dalam pekerjaan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai mereka. Mereka adalah generasi yang sangat vokal dalam menyuarakan pendapat dan memanfaatkan platform digital untuk perubahan.

Transformasi Nilai: Dulu Mewah, Kini Wajar

Mari kita bedah beberapa contoh konkret bagaimana nilai-nilai tertentu telah bergeser dari sesuatu yang dianggap mewah menjadi hal yang biasa atau bahkan esensial bagi generasi muda saat ini.

Pekerjaan Tetap vs. Fleksibilitas dan Tujuan

Dulu, memiliki pekerjaan tetap di perusahaan besar dengan jaminan pensiun adalah puncak kemewahan dan keamanan. Generasi Silent dan Baby Boomers menghargai stabilitas ini di atas segalanya. Namun, bagi Gen Z, pekerjaan tetap kini menjadi “wajar” dan seringkali tidak lagi menjadi satu-satunya tujuan. Mereka mencari fleksibilitas, otonomi, dan pekerjaan yang memiliki tujuan lebih besar dari sekadar gaji. Bekerja dari rumah, jadwal yang fleksibel, dan pekerjaan yang selaras dengan nilai pribadi adalah kemewahan baru yang mereka kejar, bukan lagi impian yang tak terjangkau. Survei global dari Deloitte pada tahun 2024 menunjukkan bahwa 73% Gen Z dan 62% Milenial ingin bekerja secara hybrid atau remote, dan sebanyak 59% Gen Z menyatakan akan meninggalkan pekerjaan mereka jika tidak ada fleksibilitas. Ini menunjukkan pergeseran prioritas yang signifikan.

Kepemilikan Properti vs. Pengalaman dan Mobilitas

Memiliki rumah adalah impian dan simbol kemewahan bagi generasi sebelumnya. Ini adalah penanda status sosial dan investasi jangka panjang. Namun, bagi Milenial dan Gen Z, kepemilikan properti kini dianggap sebagai sesuatu yang “wajar” tetapi tidak selalu realistis atau bahkan diinginkan. Harga properti yang meroket, ditambah dengan keinginan untuk mobilitas dan pengalaman, membuat mereka lebih memilih menyewa, berinvestasi pada perjalanan, atau pengalaman hidup lainnya. Kemewahan bagi mereka adalah kemampuan untuk menjelajahi dunia, mencoba hal baru, dan tidak terikat pada satu lokasi. Data dari Urban Institute pada tahun 2023 menunjukkan bahwa tingkat kepemilikan rumah di kalangan Milenial lebih rendah dibandingkan generasi sebelumnya pada usia yang sama, mengindikasikan adanya pergeseran prioritas ini.

Pendidikan Formal vs. Pembelajaran Berkelanjutan dan Keterampilan Digital

Gelar sarjana dari universitas ternama adalah kemewahan dan tiket menuju kesuksesan di masa lalu. Namun, di era informasi ini, pendidikan formal kini menjadi “wajar” dan seringkali hanya permulaan. Gen Z menyadari pentingnya pembelajaran berkelanjutan, keterampilan digital, dan sertifikasi online. Kemewahan bagi mereka adalah akses ke informasi, kemampuan untuk terus belajar hal baru, dan beradaptasi dengan perubahan teknologi. Kursus online, bootcamp coding, dan workshop keterampilan praktis kini sama berharganya, jika tidak lebih, daripada gelar tradisional. Sebuah laporan dari LinkedIn pada tahun 2024 menunjukkan bahwa keterampilan digital seperti analisis data, kecerdasan buatan, dan cybersecurity adalah yang paling dicari oleh perusahaan, menggarisbawahi pentingnya pembelajaran berkelanjutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *